13. Bisikan Setan

4.6K 865 158
                                    

Double update sebelum menghilang lagi 😛

###
Eunha menghela napas lesu dan meletakkan ponselnya ke atas meja lagi ketika Jungkook tidak membalas pesannya. Dia masih bingung kenapa Jungkook begitu menghindarinya dan sering bersikap ketus. Padahal, mereka tidak pernah bertengkar hebat.

Jungkook juga tidak pernah bilang kalau dia kepala rumah sakit walau sekarang Eunha ingat dia pernah menandatangani berkas dengan nama suaminya tertera dikertas yang sama. Tetap saja Eunha merasa kesal dan kecewa karena Jungkook sepertinya enggan membuka diri kalau tidak ditanya atau didesak.

"Mbak Heya baru tau kalau mas Jungkook itu kepala rumah sakit?" Sinbi bertanya sambil mengigit pipet digelas berisi jus mangganya. Mereka sedang berada disebuah kafe setelah puas berbelanja.

"Dulu pernah liat namanya, tapi lupa. Inget lagi baru hari ini. Dia juga nggak pernah bilang." sahut Eunha, cemberut.

"Makanya aku heran mas Jungkook bisa nikah. Entah gimana jalan pikirannya. Kok, menurutku selalu nyerong dari jalan lurus." komentar Sinbi, menggerutu.

"Entah, deh. Kadang baik, kadang nyebelin." balas Eunha.

"Coba aja tanya, mbak." usul Sinbi.

"Dia lagi PMS, Sin. Dari kemarin-kemarin sejak kamu godain itu, dia jutek banget." gumam Eunha. Sinbi justru tertawa.

"Iya juga, sih. Galak." sahutnya geli. "Jangan-jangan karena belum buka puasa, mbak?" cetus Sinb.

"Hah? Buka puasa? Bulan puasa aja belum. Aneh kamu." jawab Eunha.

"Bukan buka puasa yang itu.., tapi buka puasa yang lain." tukas Sinbi, menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Maksudmu?" tanya Eunha, polos. Sinbi terkikik sebelum berbisik menjawab pertanyaan Eunha.

"Sekkeseu."

"HEH!" seru Eunha, kaget. Sinbi menaik turunkan alisnya jahil. "Ngaco!"

"Coba aja nanti malem godain. Kalau nanti malem gol, besok paginya pasti udah baikan." Sinbi terkekeh lagi. Eunha menggelengkan kepalanya tidak setuju.

"Nggak kayak gitu. Kami belum sedeket itu, bi. Dia ngomong kalau kerja di Kariadi aja, enggak. Ini pakai ngomongin itu. Kejauhan." tukas Eunha ringan.

"Ck! Mas Jungkook kan udah gede, mbak. Normal, lagi. Pasti ada saat-saat dimana dia 'you know what i mean'. Yakin deh!" balas Sinbi berdecak.

Eunha diam, memikirkan kemungkinan dari ucapan Sinbi tersebut. Memang masuk akal. Meski hubungan mereka tidak kaku, tapi Jungkook selalu menjaga jarak. Perbuatan paling intim yang pernah mereka lakukan hanya ciuman kecil Valentine kemarin.

Apa mungkin selama ini Jungkook menahan diri untuk tidak menyentuh Eunha secara berlebihan? Tapi, kenapa?

"Kalau mbak mau, nanti aku bantuin. Kita buktiin kalau mas Jungkook itu sebenernya pengen nganu sama mbak, makanya sensi begitu." Sinbi itu cuek, tapi Eunha tetap meringis tidak nyaman setiap mulut nyablak teman barunya itu bersuara.

"Oh, iya. Kok, kamu manggil mas Jungkook beda, Sin? Padahal yang lain manggil dia pakai nama Dimas. Cuma kamu dan aku yang manggil pakai nama Jungkook." Sinbi mengangkat satu alis mendengar pertanyaan Eunha.

"Dia marah nggak waktu mbak Heya panggil 'Jungkook'?" Sinbi balik bertanya.

"Enggak. Emang, biasanya dia marah?" tanya Eunha lagi. Kali ini Sinbi mengangguk.

"Nama Jungkook dulu pernah diledekin. Diganti pakai jongkok sama temen-temen SD-nya. Dari dulu dia sebel kalau dipanggil Jungkook. Aku panggil dia begitu, ya biar dia marah." jelas Sinbi, tersenyum usil.

My Dearest Ojol (Fin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang