40. Apa Kamu Sanggup?

4K 786 172
                                    

Siapa yang nyangka kalau tadi malem ada halangan buat update kan ya? >.<
Maaf buat yang nungguin 🙇

###

"Jadi begitu, bu." Eunha selesai menceritkan pertikaiannya dengan Jungkook pada dokter Sita. Wanita muda itu mengangguk-angguk.

"Jadi, awal mulanya itu karena kamu nginep ditempat temenmu?" tanya dokter Sita, memastikan. Eunha mengangguk-angguk.

"Kalau saya hitung, kami udah bareng-bareng tiga bulan. Tiga bulan juga saya marahan dengan temen-temen deket saya. Maksudnya, apa dia nggak bisa semalem aja biarin saya habisin waktu sama temen saya?" Eunha kembali kesal teringat sikap Jungkook yang dia nilai egois.

"Mungkin, suamimu mau ngajak kamu pergi kali, Na? Atau dia lagi butuh kamu disisinya. Siapa tau dia lagi dalam masa yang sulit, kan?" sahut dokter Sita.

"Dia juga bela selingkuhannya!" tukas Eunha, tidak terima. Dia masih ingat benar bagaimana Jungkook menampar pipinya empat kali saat gadis itu memberi pelajaran pada si Perek.

"Emangnya selama ini suami kamu bersikap nggak baik, ya? Dia ada tanda-tanda cowok playboy dan suka main tangan?" tanya dokter Sita, terdengar penasaran. Eunha berpikir sebentar, mencoba mengingat kebersamaannya dengan Jungkook yang baru seumur jagung.

"Eng-enggak, sih," jawabnya ragu. "Tapi tetep aja dia salah, bu! Saya nginep ditempat temen saya karena temen saya yang satu lagi sedang kena masalah. Saya baru tau masalah itu dan ingin membantu. Mas Jungkook ngelarang-ngelarang tapi alasan ngelarangnya itu nggak jelas! Mau jenguk orangtuaku, katanya. Emang besok-besoknya nggak bisa? Terus, dia juga nggak jelasin apa-apa setelah saya pergokin selingkuh! Dia nggak nyoba jelasin ke saya padahal saya juga nggak pulang ke rumahnya! Dia ngechat nanyain saya dimana aja, enggak! Ketemu lagi, dia malah nampar saya empat kali! Gara-gara selingkuhannya godain ayah saya! Bayangin aja gimana perasaan ibu liat bapak ibu digodain cewek yang setengah telanjang!?" oceh Eunha, membuat dokter Sita tercengang.

Dia lagi ngerap, ya? Cepet amat ngomongnya, batin dokter Sita.

"Iya. Seburuk-buruknya cowok, yang main tangan dan tukang selingkuh adalah yang terburuk." Dokter Sita menyahut setuju. Eunha yang masih melotot dengan napas memburu akibat cerocosannya mulai tenang mendengar balasan dokter Sita.

"Tapi, kalau saya liat kamu juga salah loh, Na." tambahnya sedikit menyunggingkan senyum agar Eunha tidak terlalu tersinggung.

"Kok bisa?" tuntut Eunha bingung.

"Pertama, kamu nggak nurut sama apa yang suamimu larang. Bukan masalah egois, ya? Tapi kalau cewek udah nikah, otomatis surganya beralih dari ibu ke suami. Mungkin suamimu khawatir kamu kenapa-napa. Atau, naudzubillahimin dzalik, hari dimana kamu nolak diajak jenguk orangtuamu itu adalah hari terakhir mereka hidup. Maut tidak ada yang tau, kan?" dokter Sita menjelaskan dengan lembut. Wanita itu berhenti sejenak ketika Eunha tampak tertegun.

"Kamu bilang, suamimu bukan tipe cowok playboy. Kamu yakin dia selingkuh? Bukan digodain cewek yang juga godain ayahmu?" Eunha menggigit bibir dengan wajah gelisah. "Kalau kamu nggak yakin, kenapa bukan kamu yang tanya langsung? Kenapa kamu justru pergi dari rumah suamimu?"

"Saya terlalu marah, bu. Saya pikir, dia akan jemput saya ke rumah dan jelasin semuanya," gumam Eunha dengan kepala tertunduk.

"Dia nggak ngelakuin itu?" tanya dokter Sita.

Eunha menggeleng sebelum menjawab secara verbal, "Dia emang bukan tipe yang banyak omong, sih. Sok misterius gitu orangnya. Saya aja masih bingung kenapa dia mau nikahin saya? Dia pernah punya pacar atau enggak? Dia pernah naksir siapa aja? Kadang saya kesel karena itu."

My Dearest Ojol (Fin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang