43. Selamat Jalan Kawan

4.3K 773 107
                                    

Harusnya part ini juga panjang. Tapi di pendekin aja, ya? :p

GENG OJOLNYA MAS DIMAS OMG!!😂😂😂😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GENG OJOLNYA MAS DIMAS OMG!!😂😂😂😂

I SEE YOU ALJUNA LISKY!

###
Jungkook baru saja selesai mengobati luka di sudut bibir Eunha ketika rombongan Ghandi datang. Ada seorang polisi, pak RT, Bambang dan Deka. Mereka memberi tahu kalau liang lahat Rosa sudah siap.

"Yang bawa kerandanya siapa aja?" pak RT bertanya. Ketiga teman laki-laki Eunha langsung maju tanpa diminta. Karena itu, Jungkook mengajukan diri.

Eunha bergandengan dengan Yuna dibelakang sementara Mina menaburkan beras kuning ke atas keranda. Bisa dibilang, saat ini Yuna sedang mengalami mental breakdown. Eunha cukup mengerti hal itu. Karena selama ini, Rosa lebih banyak berbagi rahasia dan menghabiskan waktu bersama gadis itu.

Saat acara pamitan, ibu Rosa keluar dari rumah tetangganya. Beliau masih sesunggukan tapi tidak berusaha mendekat setelah Yuna memberikan surat terakhirnya ke ibu Rosa. Bapak Rosa juga siuman dari pingsannya, terlihat cukup sadar untuk melihat kalau jenazah anaknya segera digiring ke kuburan. Pria yang saat ini menjadi orang yang paling Eunha dan Yuna benci itu menangis lirih. Bapak Rosa sama sekali tidak bergerak. Bukan hanya karena dia diikat ke tiang tenda, tapi juga mungkin karena menyadari kesalahannya selama ini.

Yuna sama sekali tidak bergeming dari keranda Rosa, sesekali meremas jemari Eunha yang dia genggam. Eunha mencoba menguatkan temannya. Meski sama-sama berduka, dia tau Yuna lebih merasa kehilangan daripada dirinya. Yuna bahkan tidak mengucapkan apapun setelah histerianya menghadapi ibu Rosa. Gadis itu juga tidak berkomentar apa-apa melihat kedatangan Jungkook disana.

"Na..," suara Yuna yang rapuh terdengar ketika mereka berdua sama-sama mengiringi keranda Rosa menuju pemakaman.

"Hm?"

"Lu udah maafin dia gara-gara kelakuannya dulu, kan?" tanya Yuna, beberapa airmata membasahi pipinya lagi. Eunha mengangguk.

"Lu juga, kan?" Eunha balik bertanya. Yuna terisak beberapa detik.

"Gua ngerasa bersalah, Na. Gua ngerasa, kalau nggak seharusnya dia kayak gini. Seenggaknya, nggak dalam kondisi kayak gitu," Mata Eunha ikut berkaca-kaca.

"Gua yakin, semarah-marahnya elu ke dia, lu nggak pernah pakai kata kasar. Beda sama gua. Lu tau sendiri, kalau udah marah, gua nggak bisa ngerem mulut gua. Selain itu, gua juga nggak tau masalah dia, nggak pernah bisa bantu dia kayak yang elu lakuin. Gua ngerasa nggak berguna, Yun."

"Kalian jangan gitu, dong," Mina yang berjalan didepan keduanya menegur. "Kalau kalian nggak ikhlas, kasian Rosa. Jalannya bakal kehambat. Lagian, kalian liat sendiri dia meninggal sambil senyum. Penderitaan dia didunia udah diambil sama Tuhan. Kalian harusnya lega dia nggak kesakitan lagi."

Eunha menelan ludah kelu. Apa yang dikatakan Mina memang benar. Tapi kenapa rasanya menyesakkan sekali? Eunha tetap merasa tidak berguna dan merasa bersalah karena menjadi teman yang buruk bagi Rosa.

My Dearest Ojol (Fin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang