Hari minggu pagi, Eunha mendapat tugas berbelanja dari ibu mertuanya. Ditemani Jungkook, dia pergi ke pasar Ungaran setelah subuh. Rasa canggung dan malu masih melingkupi hati Eunha setiap berdekatan dengan Jungkook. Semua itu akibat kejadian tempo lalu dimana mereka berc--,
Ah, lupakan!
"Dikasih uang ibu berapa?" tanya Jungkook begitu mereka sampai di tempat parkir.
"Dua ratus. Belanja buat makan hari ini dan stok persediaan sembako. Kenapa?" jawab Eunha, membuka kertas berisi daftar belanjaannya.
"Simpen aja uangnya. Pakai uang kita." sahut Jungkook, membuka dompetnya sendiri untuk memberi Eunha tiga lembar uang bernilai seratus ribu. Gadis itu menurut, menerima uluran uang itu lalu menyimpannya ke saku celana. "Ayo," ajak Jungkook, mengandeng tangan Eunha masuk ke dalam pasar yang ramai.
"Mau makan apa hari ini?" Eunha bertanya ke Jungkook. Beberapa pedangang yang ada di kanan-kiri menjajakan dagangan mereka seolah menyahuti.
"Sesuatu yang bisa dibeli dengan harga dua puluh ribu apa, Na?" balas Jungkook.
"Banyak! Mau apa?" jawab Eunha penuh percaya diri.
"Terserah, deh. Atau kamu mau aku tantang?" kali ini Eunha menoleh sambil menatap suaminya dengan kening berkerut.
"Tantang apa?"
"Aku kasih kamu uang dua puluh ribu. Terus, kamu belanjain sayuran sebanyak mungkin. Harus lebih dari tiga pokoknya," ucap Jungkook, menjelaskan.
"Pakai beras, minyak goreng, dll?" tanya Eunha lagi. Jungkook menggeleng.
"Itu udah kita beli. Kamu beli sayuran aja." jawabnya. Eunha langsung tersenyum sombong.
"Kalau aku berhasil, kamu beliin skincare-ku yang habis?" pinta Eunha. Jungkook langsung ragu-ragu karena tau berapa harga satu item skincare isterinya yang sering dia habiskan.
"Satu item?" Eunha berdecak kemudian menggelengkan kepala.
"Mas ngabisin krim malam, handbody sama facial wash ku. Ya gantinya harus tiga item itu." jawab Eunha, sedikit memprotes. Jungkook nyengir lalu menggaruk kepalanya yang mendadak gatal.
"Kalau gantinya harus merek yang sama, nanti kita kere selama sebulan. Mau?" elaknya, membuat Eunha cemberut kesal. Gadis itu kembali berjalan begitu kepadatan orang yang terjadi didepannya terurai. "Kalau mereknya nggak semahal itu, aku mau beliin." tambah Jungkook, merasa bersalah.
"Beliin Facial wash-nya aja, deh. Itu yang paling penting." sahut Eunha setengah hati. Biar bagaimana pun, paket skincarenya sama-sama penting karena Eunha benci make up.
"Deal!" jawab Jungkook cepat.
"Ya udah. Siniin uang dua puluh ribunya."
Jungkook benar-benar takjub ketika mereka selesai berbelanja. Eunha sukses besar menjalankan tantangan dari suaminya tersebut. Ada lebih dari lima bahan masakan. Bahkan, ada ayam potong juga disana—walau hanya kulit dan lemaknya saja. Bawang merah, bawang putih, dan cabai juga komplit meski dalam porsi sedikit.
"Sayur asam dua bungkus Rp. 3.000; kulit ayam nggak tau berapa ons Rp. 0; bawang merah, bawang putih dan cabai Rp. 5.000; sayur soup dua bungkus Rp. 3000; tempe-tahu Rp. 5.000; minyak goreng Rp. 3.500. Sisa Rp. 500. Nih!" Eunha menyeringai puas ketika meletakkan sekeping uang logam lima ratusan ke tangan Jungkook.
"Wow.." gumam pemuda itu, menatap isterinya kagum.
"Untung kamu bilang nggak usah beli beras. Soalnya mahal. Satu kilo sebelas sampai tiga belas ribu." sahut Eunha, tidak menanggapi decakan kagum sang suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Ojol (Fin)
Fanfiction"Mbak?" "Ya?" gadis itu menoleh bingung. "Namanya siapa? Nikah sama saya, mau?" Heya Eunha merinding, geli, dan merasa takut ketika seorang laki-laki asing tiba-tiba melamarnya di tengah keriuhan pasar Ungaran dipagi hari. Gadis yang baru menginjak...