Pagi-pagi, Eunha sudah mengerutkan kening melihat suaminya bersiap pergi.
"Mau kemana? Kerja?" tanya gadis itu. Jungkook mengangguk.
"Narik ojol buat refreshing."
"Oh... "
"Kamu mau sampai kapan dirumah? Lamaran di Kariadi mulai menumpuk loh. Temenmu udah masukin persyaratan juga." Jungkook bertanya ketika Eunha menghempaskan pantatnya di sofa depan tv.
"Nggak kerja di Kariadi juga nggak apa-apa kali, mas. Bosen ketemu kamu terus." Eunha menghindar ketika tangan Jungkook hendak menjitak kepalanya. Gadis itu tertawa kecil. "Lagian, aku dapet tawaran kerja lain. Jadi asdos di kampus."
"Hm? Kampus mana?" Jungkook tertarik.
"Poltekes. Dosenku sendiri yang minta."
"Kok nggak ngomong ke aku?"
"Lah, baru kemarin aku ditawarinnya."
Jungkook diam, memikirkan sesuatu. Pemuda itu kemudian duduk disamping sang isteri.
"Emang kamu bisa ngajarin orang? Jadi asdos lebih ngerepotin daripada kerja di pelayanan masyarakat loh, Na.""Diajarin mas Keanu." Gadis itu mengangkat bahu ringan.
"Nggak deh kalau gitu. Di Kariadi aja!" Jungkook menggeleng, menentang Eunha mengambil tawaran dosennya.
"Lah kenapa? Aku kan sering liat asdos di kampus lagi kerja. Kayaknya nggak seburuk itu. Mas Keanu juga mau bantuin, kok."
"Harus banget sama Keanu? Asdosnya dia doang?" Jungkook mendengus.
"Ya enggaklah! Yang lain juga pasti bantu kalau aku minta tolong. Kenapa sih? Takut mas Keanu aku rebut?" Eunha tergelak saat suaminya melotot.
"Kayak dia mau aja sama kamu," balas Jungkook, meledek.
"Bukan nggak mau. Dia ngebet sama aku." Eunha tertawa lagi ketika Jungkook mencibir. "Udah. Sana berangkat! Cari uang yang banyak, sayang!"
Eunha mendorong bahu Jungkook menjauh, mengekori pemuda itu saat dia keluar rumah. Jaket ojol Jungkook sudah di pakai.
"Nanti masak, Na. Jangan beli lagi," pesan Jungkook sambil menstater motor. Eunha mengangguk.
"Mau dimasakin apa?"
"Sayur asem. Tahu goreng sama sambel."
"Siap! Sini uang belanjanya?" tangan Eunha menengadah ke arah Jungkook. Wajah pemuda itu langsung merengut.
"Uangmu abis? Kemarin kan aku kasih banyak!" walau memprotes, Jungkook tetap merogoh dompetnya dan mengambil uang dua puluh ribuan.
"Males ke atm. Dari rumah ke pasar aja udah jalan, nih!"
Jungkook memutar bolamata, mendengus kesal sebelum kemudian pamit pergi. Eunha nyengir, melambaikan tangan sebelum kemudian masuk lagi ke dalam rumah.
Itu lah enaknya Jungkook. Gampang banget dimintai uang walau ngasih uangnya mepet. Jungkook juga malas berdebat kalau topiknya tidak terlalu penting.
Selesai mandi, Eunha berjalan menuju pasar Ungaran yang jaraknya cukup membuat ngos-ngosan meski ditempuh dengan berjalan santai. Mungkin nanti Eunha akan meminta Jungkook membelikannya motor. Biar lebih efisien dibawa kemana-mana.
Masak untuk dua orang itu tidak menghabiskan banyak biaya. Eunha cengar-cengir saat belanjaannya lengkap dan masih ada setengah dari ongkos yang diberikan Jungkook. Bisa dipakai jajan.
Sebelum pulang, Eunha naik ke plaza Ungaran lebih dulu untuk membeli jajanan. Semangkuk bakso boleh juga.
Eunha duduk menunggu pesanannya datang saat tiba-tiba ada seseorang meminta ijin bergabung dimejanya. Ketika mendongak, Eunha terkejut melihat gadis asing yang sebelumnya bersitegang dengan Victor di Kariadi. Asisten bapak kandungnya Jungkook, kalau tidak salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Ojol (Fin)
Fanfiction"Mbak?" "Ya?" gadis itu menoleh bingung. "Namanya siapa? Nikah sama saya, mau?" Heya Eunha merinding, geli, dan merasa takut ketika seorang laki-laki asing tiba-tiba melamarnya di tengah keriuhan pasar Ungaran dipagi hari. Gadis yang baru menginjak...