15. Bertemu Mereka Lagi

4.1K 831 108
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam saat Eunha dan Jungkook berbaring diatas ranjang sambil maskeran berdua. Eunha tidak jadi menginap di rumah orangtuanya karena pekerjaan rumah Jungkook banyak.

Awalnya Eunha tidak mengerti pekerjaan rumah yang suaminya maksud. Tapi, begitu pemuda itu menyebut Kariadi, dia jadi sedikit paham.

"Mas, kok aku nggak pernah liat kamu kerja di Kariadi? Atau sibuk, gitu? Terus, soal Rosa tadi.." tanya Eunha, bergumam agar maskernya tidak rusak.

"Aku kerja di rumah. Biasanya abis sholat tahajud. Kalau ke Kariadi emang jarang. Ada Victor yang ngehandle sana. Termasuk soal temenmu itu." jawab Jungkook, sekarang terdengar sesantai biasanya.

"Victor? Si Mas Ganteng? Emangnya bisa kerja kayak gitu? Kenapa kamu nggak pilih kerja secara utuh di Kariadi? Jadi nggak capek-capek kayak narik ojol?" tanya Eunha lagi, berusaha memahami suaminya.

"Gantengan aku daripada dia!" Jungkook menekankan, "dan aku lebih suka narik ojol. Rasanya lebih tenang aja." lanjutnya.

"Kalau gitu, harusnya kamu punya banyak uang, dong? Kenapa sok-sokan nggak punya uang? Apalagi pas aku lagi pengen beli-beli sesuatu?" Eunha mengerutkan kening dan sedikit cemberut teringat skincarenya yang dalam keadaan memprihatinkan.

"Bukan sok-sokan. Aku cuma terbiasa hidup sederhana. Menurutku, uang yang buat beli skincare atau baju-bajumu bisa dipakai untuk hal yang lebih berguna. Baju nggak perlu mahal, yang penting bisa dipakai dan sopan. Sebenernya, kalau kamu masih belum tau tentang posisiku di Kariadi aku pengen bikin kamu ganti skincare. Atau nggak usah pakai sekalian." katanya santai, tapi membuat mata Eunha membelalak ngeri.

"Mas! Aku nggak masalah kita makam pakai nasi-sambal atau malah nasi-garam. Tapi, please. Jangan ubah skincare-ku." balas Eunha, memohon.

Kening Jungkook mengerut saat matanya yang melirik Eunha melihat ekspresi sungguh-sungguh gadis itu.
"Kamu lebih milih skincare daripada makan enak?" tanyanya terheran-heran.

"Butuh waktu lama buat dapat skincare yang cocok sama kulitku," ucap Eunha dengan nada sendu. "Dulu, wajahku jelek, tau? Banyak jerawatnya dan item. Aku dibulli gara-gara itu."

"Kamu pernah dibulli?" tanya Jungkook, kaget. Eunha mengangguk.

"Iya. Makanya aku marah pas Rosa ngomong yang enggak-enggak soal wajahmu. Bukan cuma karena aku juga pernah ngerasain hal yang sama. Tapi karena aku juga tau kenapa kamu kayak gitu." Eunha diam sebentar sebelum melanjutkan dengan nada kesal, "Dia aja nggak tau apa yang kamu lakuin, tapi ngehinanya gitu banget."

"Aku nggak peduli sama omongan temenmu. Tapi, makasih udah belain." ucap Jungkook, tulus. Eunha tersenyum dan mengangguk. Dia selalu merasa senang setiap kali Jungkook mengapresiasi apa yang dia lakukan meski itu adalah hal kecil.

"Terus, yang ngebulli kamu siapa? Kapan kamu dibulli?" Jungkook cukup penasaran dengan hal itu.

"SD sampai SMP kelas 2. Sebenernya malah yang paling parah pas SD. Nyinyir banget mereka kayak tokoh antagonis di sinetron. Waktu aku kecil suka ikut ayah ke pergi-pergi gitu. Main di sawah juga sering sama temen-temen sekompleks. Jadi, kulitku kebakar matahari. Terus, aku mulai coba pakai skincare ibu. Langsung jerawatan banyak, dong. Nggak cocok sama aku." Eunha berhenti bercerita karena menahan tawa.

"Ibu nggak marah skincarenya kamu pakai?" tanya Jungkook. Dia ingat pernah memakai bedak dan lipstick sang ibu ketika masih kecil. Dia hanya penasaran mencoba karena ibunya selalu memakai dua benda tersebut. Alhasil, ibu jadi histeris dan Jungkook mendapat ceramah panjang dari beliau.

"Nah, itu! Awalnya ibu kaget dan kesal. Terus aku cerita soal temen-temenku. Akhirnya ibu kasian terus malah bantuin aku. Pertama, ke dokter kulit. Berhenti karena jadi ketergantungan. Perawatan di klinik juga nggak bertahan lama. Sampai nggak sengaja ketemu dan tertarik sama produk skincareku yang sekarang." oceh Eunha.

My Dearest Ojol (Fin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang