Komen kalian itu obat WB, loh...
Ayo dong, komen yang banyak..
Walau dicerita itu minim momen eunkook :"
Saya kan, pengen baca pendapat kalian kalau menghadapi situasi yang kayak Eunha :"Anggap aja kalian itu kembaranku (Eunha) :"
Nb: jangan skip narasi atau percakapan panjang. Biar nggak bingung kalau besok tiba-tiba diungkit lagi :"
###Eunha membuang napas berat saat merasakan satu tangan Jungkook meraih tangannya. Mood yang awalnya bahagia karena lulus ujian proposal dengan nilai tertinggi mendadak lenyap. Dia masih belum bisa terima karena dijadikan bahan taruhan oleh teman-temannya, terutama Rosa. Tapi, mendengar gadis itu memakai narkoba saat mereka masih berteman baik membuat Eunha kepikiran. Apa yang membuat Rosa melakukan hal itu?
"Hasilnya positif anti-narkoba, pak." suara mbak Ika memecah keheningan. Eunha tidak merespon, mendengarkan saja Jungkook memerintah ini itu sebelum kemudian keluar laborat.
"Kamu tunggu diruanganku sebentar nggak apa-apa? Aku harus diskusi sama pak Randolf dulu." Jungkook bertanya, agak cemas dengan kediaman isterinya. Eunha mengangguk, duduk disebuah sofa lalu memandang keluar jendela.
Mungkin, dia harus menghubungi Yuna untuk mencari tau apa yang terjadi. Bisa saja, kemarin Yuna ingin memberi taunya hal penting ini. Ah, Eunha jadi menyesal sudah bersikap kasar.
"Na, denger," saat Eunha menoleh, gadis itu mengerjabkan mata kaget melihat Jungkook berlutut dihadapannya dengan satu tangan menggenggam jemari Eunha sementara tangan lain menyentuh wajah gadis itu. "Kamu nggak bisa ngubah keadaan ini. Biar gimana pun, temenmu memang salah. Dia harus nanggung akibatnya. Entah nanti dikirim ke panti rehab atau masuk penjara. Yang bisa kamu lakukan cuma ngasih dukungan dan doa. Paham?"
Mata besar Eunha berkaca-kaca saat dia mengangguk.
"Aku pengen tau alasan yang bikin dia pakai itu. Aku nggak apa-apa," jawab Eunha dengan bibir sedikit gemetar. Jungkook tersenyum kemudian mengangguk."Coba hubungi temanmu yang satunya. Mungkin dia tau sesuatu. Aku rapat dulu. Kalau kamu butuh sesuatu, pergi ke kantin aja." pamit Jungkook, berdiri dari posisinya lalu keluar ruangan menyusul Victor yang lebih dulu pergi.
Eunha kemudian mengambil ponselnya dari dalam tas, mencari nomer Yuna lalu berusaha menghubungi. Beberapa saat menunggu, panggilan tersebut berakhir dengan tidak diangkat. Eunha mengernyit, baru pertama kali ini Yuna mengabaikan telepon. Dicobanya sekali lagi. Dua kali lagi. Hingga genap sepuluh kali Eunha mencoba. Tapi tetap, Yuna tidak menjawab teleponnya. Ada apa? Batin Eunha mulai khawatir.
Eunha beralih mencari nomer lain. Mina Cs bilang, Yuna sedang penelitian hingga tidak bisa diganggu. Ketika Eunha tanya soal Rosa, mereka mengaku tidak tau. Eunha berpikir cepat, mencari seseorang yang bisa memberinya informasi lebih dalam. Ghandi Cs?, pikirnya ragu.
Eunha menggelengkan kepalanya cepat. Dia tidak mau melakukan kontak dengan Ghandi maupun Deka. Tapi, Bambang mungkin bisa membantu. Dengan pemikiran itu, Eunha segera menghubungi Bambang.
"Ya, Na? Kenapa?" Bambang langsung menjawab setelah dua deringan.
"Bang, lu tau sesuatu tentang Rosa? Lu udah denger kalau dia kena kasus narkoba?" berondong Eunha, tanpa basa-basi. Bambang diam, sepertinya kaget Eunha menanyakan perihal itu.
"Kenapa lu nggak tanya Yuna?" tanya Bambang balik.
"Gua udah coba telepon, tapi nggak diangkat. Kata Mina, Yuna lagi sibuk penelitian." jawab Eunha, resah.
"Oh iya. Dia penelitian hari ini. Tapi, nggak mungkin ngomongin masalah Rosa ditelepon, Na. Gua juga nggak yakin bisa jelasin ke elu selengkap Yuna." sahut Bambang lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Ojol (Fin)
Fanfiction"Mbak?" "Ya?" gadis itu menoleh bingung. "Namanya siapa? Nikah sama saya, mau?" Heya Eunha merinding, geli, dan merasa takut ketika seorang laki-laki asing tiba-tiba melamarnya di tengah keriuhan pasar Ungaran dipagi hari. Gadis yang baru menginjak...