Pernikahan impian Eunha adalah, ketika dia menikah dengan seseorang yang dia cinta, memakai adat jawa yang kental dan sakral. Bukan pernikahan sederhana yang hanya melakukan ijab-qobul dimana tamunya pun sebatas keluarga. Entah kenapa, dia merasa kecewa meski Jungkook sudah mencoba menghibur hatinya.
"Untuk sekarang, sah aja dulu. Walimahan-nya setelah kamu resmi wisuda. Terserah mau kamu buat bagaimana." kata pemuda yang sudah resmi menjadi suami Eunha sejak jam delapan pagi lalu. Gadis itu tidak menyahut, menatap wajah Jungkook saja dia malas.
Setelah resmi menjadi isteri Jungkook, Eunha langsung diboyong ke Sekaran—rumah Jungkook sekeluarga. Ibu dan bapak Jungkook sangat baik ke Eunha. Mereka bahkan mengusulkan agar Eunha dan Jungkook tinggal sementara di rumah keluarga Eunha, tapi ayah tidak mengijinkan. Menurut beliau, sudah waktunya Eunha bersikap dewasa dan mandiri. Terlebih, sekarang dia sudah menjadi isteri Jungkook. Jadi, apapun keputusan dan kemanapun suaminya pergi, Eunha harus menurut.
Rumah Jungkook sama seperti kebanyakan rumah pada umumnya. Sederhana dan tidak terlalu besar. Meski begitu, Eunha masih bisa merasakan aura kejawen daribentuk atap rumahnya yang seperti rumah joglo. Dindingnya sudah disemen dan dicat dengan warna putih, ada total empat kamar yang dibagi menjadi kamar bapak-ibu, kamar Jungkook (yang sekarang jadi kamar Eunha juga), kamar tamu dan satu lagi kamar sholat.
Eunha merasa asing karena ini pertama kalinya dia datang ke rumah keluarga Jungkook. Kamar pemuda itu juga tidak besar, tanpa kamar mandi dalam dan memancarkan aura maskulin dari seragam Taekwondo, seragam bola, serta seragam SMA yang digantung di dinding. Tempat tidurnya juga lebih kecil dari tempat tidur Eunha. Bukan spring bed, tapi kasur biasa yang disangga oleh ranjang kayu.
Ada dua lemari di sudut yang berbeda. Satu lemari pakaian dan satu lemari plus meja belajar. Eunha mendekati meja itu untuk membaca beberapa penghargaan yang dipajang disana. Juara 1 Taekwondo tingkat SMA, Juara 1 Taekwondo tingkat Provinsi, Juara 1 Taekwondo tingkat Nasional, Juara 2 Taekwondo se-Asia, Juara 1 Lomba Cerdas-Cermat SD, SMP, SMA secara berturut-turut, dan yang paling mengagetkan adalah sertifikat kelulusan dari fakultas kedokteran UGM. Ada catatan kecil 'Cumlaude dengan nilai Terbaik' disana.
"Kamu beres-beres bajumu dulu. Sudah aku siapkan tempat dilemari itu." Eunha menjerit kecil ketika suara Jungkook tiba-tiba terdengar. Pemuda itu mengerjabkan matanya bingung, kemudian menyadari apa yang sedang terjadi. Jungkook terkekeh geli.
"Semua yang kamu lihat itu nggak ada nilainya. Jangan dibengongin, nanti kamu kesurupan." Katanya, membuat Eunha kembali sadar kemudian mendengus.
"Cuma kaget karena kamu masuk tiba-tiba." gerutunya, salah tingkah. Jungkook meletakkan tas baju Eunha ke atas kasur lalu mendekati gadis itu.
"Kamu bisa tanya ke aku nanti. Sekarang, beresin dulu barang-barangmu. Habis ini kita sekeluarga mau pergi lagi." ucap pemuda itu lembut.
"Kemana?" tanya Eunha, mengerutkan kening.
"Pemakaman. Ngenalin kamu ke kakek-nenek." jawab Jungkook, tersenyum lagi.
Eunha akhirnya mengangguk paham dan membiarkan Jungkook keluar kamar lagi. Saat membuka pintu lemari, Eunha mengerang. Entah salah siapa. Salahnya yang membawa semua baju dirumah atau lemari Jungkook memang terlalu kecil untuk baju-bajunya?
Tidak lucu kalau dia kembali ke rumah lagi hanya untuk menyimpan sebagian bajunya. Dia kan, sedang merajuk ke ayah karena 'diusir' dari rumah. Makanya bawa semua barang-barang tanpa survei dulu bagaimana keadaan rumah Jungkook.
"Jangan ngeluh. Jangan ngeluh. Sabar. Sabar." gumam Eunha sambil memejamkan mata dan menarik napas dalam.
###
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Ojol (Fin)
Fanfiction"Mbak?" "Ya?" gadis itu menoleh bingung. "Namanya siapa? Nikah sama saya, mau?" Heya Eunha merinding, geli, dan merasa takut ketika seorang laki-laki asing tiba-tiba melamarnya di tengah keriuhan pasar Ungaran dipagi hari. Gadis yang baru menginjak...