Pagi ini, Somi datang ke pavilliun Jungkook setelah seminggu sebelumnya. Bocah yang cukup menjengkelkan itu membeberkan rencana yang sudah disusun kepada Jungkook.
"Kau tidak takut kalau kita disadap, Somi?" pemuda itu akhirnya bertanya karena Somi menjelaskan rencana pelarian dirinya dengan nada biasa. Bocah itu tertawa menghina.
"Kenapa harus takut? Kita aman di dalam sini. Siapa yang mau melaporkan ke papa? Pelayanmu? Mereka bahkan tidak mengerti aku bilang apa," Somi terkekeh-kekeh geli.
"Dan itu membuatmu yakin obrolan kita ini aman?"
Somi nyengir, "Belum pernah ada orang yang terlalu bodoh untuk melarikan diri dari papa. Hanya kau. Tentu saja selama beberapa hari belakangan kau menjadi sangat kooperatif sampai berhasil menjadi anak kesayangan papa." Bocah itu berubah mencibir.
Seminggu terakhir memang Jungkook membantu perusahan Jeon Seung Hoon. Tentu saja karena dipaksa--dan menjalin komunikasi dengan Wonwoo yang bertugas menghubungkannya dengan pihak Eunha.
Jeon Seung Hoon tentu senang sekali melihat hasil kerja Jungkook--yang sebagian besar dibantu Wonwoo. Profit perusahaan meningkat 5% hanya dalam waktu seminggu. Belum lagi, Sana yang sering datang ke rumah keluarga Jeon untuk bertemu dengan nyonya besar Jeon.
"Aku sudah bertemu isterimu," gumaman Somi mengembalikan fokus Jungkook yang sempat teralih. Mata pemuda itu menajam dengan tubuh tegang.
"Eunha disini?" desisnya.
"Jalankan saja rencananya." Somi melambaikan tangan sambil lalu.
"Bagaimana keadaannya, Somi?" tuntut Jungkook tidak peduli.
"Cantik."
Bahu Jungkook melemas. Tidak terlalu terkejut pada pujian yang Somi berikan--padahal itu termasuk kejadian langka. Yang terpenting, dia tau keadaan isterinya--tau kalau Eunha tidak berada diseberang samudera dan benua lagi.
"Bersiap-siaplah. Kau ada janji makan malam dengan orang Jepang itu, kan?" Somi beranjak dari ranjang Jungkook yang sejak tadi dia tiduri.
"Sana?"
"Aku tidak peduli siapa namanya. Tapi, sepertinya Wonwoo tertarik pada orang Jepang itu," Somi menukas lalu tersenyum lebar. "Untung saja keluarga ini bukan keluarga mantan prajurit perang. Ironis sekali kalau kakek buyut kita melawan penjajah Jepang, tapi cicitnya justru menyukai perempuan dari sana, kan?"
Wonwoo berminat pada Sana? Jungkook pikir, kakaknya itu menyukai Yerin. Apa dia salah sangka selama ini?
"Cepat bersiap-siap, Dimas!"
Kemudian Somi pergi begitu saja. Jungkook yang ditinggalkan sendiri tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya duduk. Pemuda itu menerawang melewati kaca jendela memikirkan keberadaan Eunha sekarang. Ada dimana gadis itu?
Jam setengah sepuluh malam, Jungkook keluar dari kediaman Jeon Seung Hoon. Pemuda itu melewati bapak kandungnya begitu saja dan langsung masuk ke dalam mobil.
"Dapatkan hati Sana dalam satu kali kedip, Jungkook! Aku tau kau bisa melakukannya!" Jeon Seung Hoon nyengir lebar penuh semangat sebelum mobil yang membawa Jungkook pergi.
Sampai ditempat janjian--sebuah hotel mewah didaerah Incheon, Jungkook turun dan langsung dikelilingi sepuluh pengawal setianya. Mereka tidak pernah bicara dan Jungkook juga tidak berniat melakukan hal itu.
Sebuah meeting room sudah direservasi. Jungkook menunggu disana dan berusaha sabar. Kalau semuanya berjalan lancar, maka ini adalah malam terakhirnya dalam cengkraman Jeon Seung Hoon.
Jam sepuluh lewat sepuluh menit. Ketukan sepatu beberapa orang membuat kepala Jungkook menoleh penuh antisipasi ke arah pintu masuk. Sana datang tidak lama kemudian. Dia memakai gaun selutut yang ketat berwarna hitam, rambut cokelatnya digerai ke satu sisi dan bibir perempuan itu dipoles merah menyala.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Ojol (Fin)
Fanfic"Mbak?" "Ya?" gadis itu menoleh bingung. "Namanya siapa? Nikah sama saya, mau?" Heya Eunha merinding, geli, dan merasa takut ketika seorang laki-laki asing tiba-tiba melamarnya di tengah keriuhan pasar Ungaran dipagi hari. Gadis yang baru menginjak...