38. LPK Semarang

3.7K 768 158
                                    

Mantul sangad kalian semua hehee...

btw, TRIPLE UPDATE SAAYYYYY...

###

Hari ini, tepatnya nanti sepulang PKMD Eunha bersama Yuna dan geng Mina akan menjenguk Rosa. Pipi Eunha benar-benar bengkak dan membiru. Gadis itu sampai sulit bicara dan terus meringis kesakitan jika memaksakan diri. Gadis itu masih menginap di kostan Yuna, masih menghindari keluarganya dan meminjam kamar Rosa yang tidak terpakai.

"Pipi lu masih sakit, Na?" Lisa bertanya sambil meringis ngilu. Padahal bukan dia yang terluka. Tapi, melihat pipi Eunha yang membengkak dan membiru hingga ke bibir, gadis itu jadi ikut merasa nyeri.

Eunha membuka mulut hendak menjawab tapi kemudian menutupnya lagi. Dia mengaduh kesakitan sambil memegangi pipinya sendiri. Yuna yang melihat hal itu menepuk pundak Lisa sebal.

"Jangan diajak ngomong, kubilang!" gertaknya, melotot.

Lisa nyengir, agak merasa bersalah. "Sori-sori," katanya.

"Gaes, gua udah dapet rotinya, nih. Beneran boleh bawa oleh-oleh kan?" Mina datang bersama Chacha sambil menjinjing plastik putih berisi roti dan beberapa snack. Motor yang mereka kendarai berhenti didepan motor Yuna dan Lisa.

"Kalau nggak boleh, perut gua siap nampung kok, Min. Santai aja!" sahut Lisa.

"Biasa makan pelet ikan aja belagu lu!" balas Chacha lalu tertawa meledek.

"Pelet ikan gua kan lu abisin semalem. Lupa?"

"EEH! Udah! Malah debat kalian berdua! Ayo jalan! Keburu jam kunjungnya selesai!" lerai Mina.

Sampai di depan gedung LPK Semarang, mereka kebingungan. Ini adalah pertama kalinya mereka menjenguk tahanan. Beruntung para petugas polisi yang ada disana sangat ramah dan bersedia membantu.

"Gua nggak tau harus ngomong apa ke Rosa," gumam Yuna ketika mereka berlima menunggu giliran jenguk. Eunha mengangguk setuju. Dia juga merasa gugup, tidak tau akan berkata apa ke Rosa kalau nanti mereka bertemu.

"Tanya kabar, dong. Ntar gua diktein lu harus ngomong apa." Chacha yang berdiri menyender ke tembok menyahut.

"Gwe nggek bese beyengen. Gwe teket keteme dye." Eunha berusaha bicara tanpa menggerakkan bibir. Lisa terbahak melihat hal itu dan membuat Mina harus menegurnya.

"Nggak usah ngomong, Na. Nyeri bibir gua liat lu ngomong," sahut Chacha meringis. Eunha melotot ke arah gadis itu.

"Sama. Gua nggak yakin gimana respon dia liat lu babak belur begini," timpal Yuna masam. Eunha ingin nyengir, tapi dia tidak bisa. Walau akhir-akhir ini Rosa keterlaluan, tapi Eunha tau kalau Rosa sebenarnya baik. Dia adalah orang pertama yang akan bela teman-temannya kalau ada yang ditindas atau tersakiti. Rosa itu seperti wonder women bagi Eunha. Bagaimana reaksi Rosa kalau melihat luka di pipi Eunha, ya? gadis itu juga penasaran.

Terhitung, sudah tiga hari berlalu sejak kejadian itu. Eunha benar-benar tidak mengabari atau mendapat kabar dari siapapun. Dia masih ingin sendiri, tapi dia juga penasaran pada keadaan keluarganya dan Jungkook. Ah, lupakan! Memikirkan mereka saja membuat hati Eunha berdenyut nyeri.

Hal yang tidak terduga terjadi saat Eunha meminta Yuna mengantarnya ke toilet. Mereka bertemu Victor yang ternyata sedang berada disana—entah mengunjungi siapa. Baik Victor maupun Eunha sama-sama terkejut. Eunha sudah was-was kalau Victor akan melapor ke atasannya. Tapi, begitu pemuda itu memberi isyarat kalau dia akan tutup mulut, Eunha pun jadi kembali tenang.

"Bapak asistennya pak Dimas, kan?" Yuna bertanya. Ada kilat marah yang teredam dimatanya. Victor mengangguk membenarkan. "Boleh titip pesan?"

Setelah Victor mangangguk lagi, Yuna mengatakan hal yang sungguh tidak Eunha kira. "Bilangin ke atasan bapak, jadi cowok jangan brengsek-brengsek. Cowok macam apa yang mukul cewek? Apalagi itu isterinya sendiri. Kalau dia mau lawan cewek, saya juga mau daftar, deh! Saya mau balas perbuatan dia ke temen saya!"

My Dearest Ojol (Fin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang