Jungkook yakin dia disekap di sebuah kamar hotel. Dilantai tertinggi dan fasilitas lengkap yang membuatnya kebingungan. Terlebih, dia dibiarkan bebas bergerak meski tidak bisa keluar dari sana--pintu dikunci dan ada beberapa penjaga diluar.
Ini sudah lewat tengah malam. Jungkook mengkhawatirkan kondisi isterinya sementara orang yang menyekap dia tidak kunjung menampakkan diri. Meski begitu, Jungkook bisa menebak.
Pemuda itu tidak bisa berhenti berjalan mondar-mandir. Dia gelisah. Ingin menghubungi Eunha atau siapapun untuk mengetahui kondisi gadis itu. Tapi tidak ada apa-apa disana untuk mencapai tujuannya.
Fasilitas lengkap macam apa yang dikamar tidak ada telepon! Umpat Jungkook dalam hati. Stres mulai menyerangnya hingga Jungkook menggertakkan gigi untuk menahan perasaan itu. Dia harus fokus.
Jungkook berbaring diranjang. Dia memutuskan untuk memikirkan cara melarikan diri. Lucu. Ini terasa seperti sinetron yang sering Eunha lihat di tivi.
Entah apa yang terjadi, tapi ketika Jungkook membuka mata, matahari sudah nyaris diatas kepala. Dia ketiduran!
Bersamaan dengan itu, terdengar bunyi pintu yang terbuka lalu tertutup. Jungkook menatap pintu masuk penuh antisipasi ketika Yerin mengangkat satu alis dengan wajah datar.
Kecurigaan Jungkook terbukti.
"Have you wake up? Mr. Jeon will see you in anysecond. I think, you need to clean yourself. Everything you need, you can find it in that cupboard." Yerin menunjuk lemari yang tersedia sambil lalu.
"What the fvck is this?!" desis Jungkook, memelototi Yerin yang dibalas perempuan itu dengan kedikan bahu.
"Ask him your question. I just do whatever i should do."
"Fvck! I warn you to let me go!" Jungkook bangkit berdiri saat Yerin memutar tubuh hendak keluar kamar lagi.
"It's not me who make decisions about this, Sir. Mr. Jeon will see you soon. You can talk to him later."
"How's my wife?" Jungkook menggeram dengan tubuh tegang menahan marah. Yerin mengerling tanpa emosi ke arahnya.
"I'm sure she is okay," jawabnya sebelum melenggang pergi dengan santai.
Jungkook segera mengikuti, hendak menerobos apapun didepan kamarnya untuk kabur. Sayangnya, pemuda itu justru langsung berhadapan dengan Jeon Seung Hoon.
"Let's talk and make some agreement. Could we?" Jeon Seung Hoon mengulurkan tangan ke arah kamar Jungkook.
"No need to talk. I want to go home," jawab Jungkook sedatar Yerin. Jeon Seung Hoon menggelengkan kepalanya pelan.
"Please, Jungkook. I just want to talk to my son."
"DON'T CALL ME THAT!" bentak Jungkook seketika. Dia benci nama itu disebutkan orang lain kecuali Eunha.
"That name from me to you. That's how i know about you. I don't know about you before," Jeon Seung Hoon tidak peduli pada bentakan anaknya dan justru masuk ke dalam kamar yang digunakan untuk menyekap Jungkook semalam. "Your mom didn't tell me too."
"I don't care. She don't care," desis Jungkook menahan marah. Dia tidak sudi mengakui pria itu bapak kandungnya, apapun alasan dibalik itu.
Jeon Seung Hoon menatap Jungkook tanpa ekspresi saat duduk di kursi yang tersedia. Pria itu menunjuk kursi disebelahnya, mengisyaratkan Jungkook untuk duduk.
"I. Just. Want. To. Fvcking. Go home!" geram Jungkook, membuat satu sudut bibir Jeon Seung Hoon terangkat.
"It's good to be... arrogant. Don't you think?" Jungkook mendengus mendengar pertanyaan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Ojol (Fin)
Fanfiction"Mbak?" "Ya?" gadis itu menoleh bingung. "Namanya siapa? Nikah sama saya, mau?" Heya Eunha merinding, geli, dan merasa takut ketika seorang laki-laki asing tiba-tiba melamarnya di tengah keriuhan pasar Ungaran dipagi hari. Gadis yang baru menginjak...