Jungkook duduk diatas motornya, menunggu Eunha keluar dari dalam kampus. Petang sudah menjelang, mereka harus bergegas pulang atau terpaksa berbuka puasa di pinggir jalan. Lagi.
"Mas, ojol atas nama Gladish, bukan?" seorang mahasiswi bertanya dengan wajah kuyu kelelahan.
"Bukan, mbak. Atas nama Heya Eunha," jawab Jungkook kalem.
"Oh, ya udah deh. Maaf, mas." Si Gladish pergi dengan lemas.
Tidak lama setelah itu, Jungkook melihat Eunha berjalan keluar gedung kampus bersama Keanu. Mereka tertawa, Eunha menepuk lengan Keanu sebelum kemudian melambaikan tangan tanda perpisahan.
"Lama, mas?" tanya wanita itu, mengambil helm hamburger yang di ulurkan Jungkook.
"Lumayan. Gimana ngajarnya hari ini?" sahut Jungkook, membantu Eunha naik ke atas boncengan.
"Muntah lagi, dong. Praktek ambil darah vena dan ada yang sampai muncrat darahnya. Anakmu beneran nggak bisa nolerir warna merah!" gerutu wanita itu sementara Jungkook tertawa lirih.
"Nggak puasa, berarti?"
"Menurut anda? Padahal tinggal tiga puluh menit lagi sebelum buka," Eunha berubah merengek sebal.
Jungkook tertawa lagi, kemudian mengendarai motornya menuju rumah. Kehamilan Eunha baru empat bulan, tapi wanita itu ikut puasa meski jarang-jarang. Eunha juga langsung jadi asdos di kampusnya begitu sudah diwisuda.
"Ke Pujasera, mas. Dokter Sita nunggu disana." Eunha mengingatkan, membuat mood Jungkook turun seketika.
Ini tentang terapi depresinya. Banyak yang sudah Jungkook ceritakan ke Eunha, tapi pria itu enggan bercerita kepada orang lain. Jungkook juga membuat isterinya bersumpah tidak akan bocor kemana-mana.
Dokter Sita yang menangani kesehatan mental Jungkook tidak keberatan. Isteri dokter Agus itu hanya meninjau perkembangan perilaku Jungkook dari Eunha.
Sampai di Pujasera, ternyata tidak hanya dokter Sita yang menunggu. Ada dokter Agus, Aurora--anak dokter Sita dan dokter Agus yang baru berumur empat tahun, Victor, Jimin, dan teman-teman Eunha.
"Bukber, nih?" desis Jungkook ditelinga Eunha. Wanita itu tertawa malu.
"Somi lagi otw dari bandara. Dia ngambek karena kamu nggak mau jemput." Eunha balas bergumam ketika mereka mendekati kerumunan orang di salah satu warung makan.
Jungkook mendengus jengah mendengar kabar dari isterinya. Somi memang sudah bilang kalau dia akan ke Indonesia dan memaksa Jungkook untuk menjemput. Tapi Jungkook mengabaikan permintaan adiknya hingga Wonwoo menelepon untuk melakukan protes.
"Demi Tuhan, Dimas! Kau hanya perlu menampung Somi selama beberapa hari!" ucap sulung keluarga Jeon itu terdengar geram.
"Tidak," sahut Jungkook cuek.
"Kalau begitu, jangan salahkan aku nanti!"
Jungkook tidak mengerti ucapan terakhir Wonwoo, tapi setidaknya dia tidak diteror oleh Somi lagi--teror dari Sinbi dan Chaeril saja sudah membuatnya kuwalahan. Kedua anak tetangga ibu-bapaknya itu terus meminta Jungkook mengirimi foto Eunha yang sedang hamil.
"Hei! Udah sampai? Mau pesen apa buat buka?" sapa Dokter Sita begitu Jungkook dan Eunha sudah sampai.
"Aku ingkung ayam kampung sama es teh, bu!" jawab Eunha seketika.
"Elu, Mas?" dokter Sita beralih ke Jungkook.
"Gado-gado sama air mineral aja, bu."
"Kita buka dulu baru konsul, ya?" gumam dokter Sita.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Ojol (Fin)
Fanfiction"Mbak?" "Ya?" gadis itu menoleh bingung. "Namanya siapa? Nikah sama saya, mau?" Heya Eunha merinding, geli, dan merasa takut ketika seorang laki-laki asing tiba-tiba melamarnya di tengah keriuhan pasar Ungaran dipagi hari. Gadis yang baru menginjak...