Sejak semalam, suasana diantara Jungkook dan Eunha terasa tegang. Keduanya masih sama-sama marah karena kejadian dimana mereka berdua dijahili Sinbi-Chaeril.
Maka dari itu, Eunha pergi ke rumahnya dengan jasa ojek yang lain. Bukan dengan suaminya. Bahkan ketika mengantarkan Eunha ke Kariadi pun, mereka tidak mengucapkan satu kata pun.
Jungkook masih berpikir kalau Eunha ikut andil dalam kejahilan Sinbi-Chaeril. Sementara Eunha merasa kesal karena dituduh macam-macam padahal dia yang ketakutan semalam.
Sampai di depan rumah, Eunha buru-buru masuk untuk menghindari gerimis yang turun sejak dari Banyumanik. Suasana rumah terlihat sepi meski pintu terbuka lebar. Mengucap salam, Eunha langsung masuk dan berseru memanggil ibunya.
"Waalaikumsalam. Di dapur, Na." suara ibu Eunha menyahuti.
Eunha bergegas ke sana kemudian menemukan sang ibu sedang memasak.
"Ibu. Kangen." rengeknya, memeluk tubuh wanita tersebut erat."Tumben ke sini? Padahal, sejak nikah ngehubungi ibu aja, enggak." sindir ibunya.
"Salah ayah! Masa Eunha mau nginep disini nggak boleh." tukasnya, merengut.
"Kan kamu udah nikah. Ya harus ikut suami, dong. Dimas mana? Nggak ikut?" balas sang ibu.
"Nggak. Lagi marahan." jawab Eunha ketus.
"Tapi dia tau kamu ke sini?" si ibu menyipitkan mata curiga.
"Iya. Eunha udah ijin dari semalem. Mau ambil mobil sama curhat ke ibu. Mas Jungkook itu nyebelin banget tau, bu?" oceh Eunha, memulai sewot.
"Waduh! Rosa sampai nyuri, Na? Masuk penjara? Kok sampai segitunya?" komentar beliau, menanggapi salah satu cerita Eunha.
"Nggak tau. Nggak peduli juga. Eunha masih sakit hati banget sama dia, bu. Nggak tau kapan bisa maafin atau baikan lagi." jawab Eunha dengan wajah yang ditekuk kusut.
"Ya udah, nanti uang mu ibu ganti. Nggak usah bilang suamimu atau ayah, ya?" gadis itu langsung nyengir lebar mendengar ucapan ibunya. "Ambil kue lapis di kulkas, Na. Yang masih utuh nanti dibawa pulang, ya?"
"Eh, Eunha mau nginep disini. Nggak mau pulang sebelum mas Jungkook minta maaf karena nuduh-nuduh sembarangan!" elak Eunha, kembali memasang wajah keras kepala.
"Kok gitu?" ibu Eunha mengerutkan kening tidak setuju. "Duduk. Ibu bikinin spagetti."
"Ya, pokoknya gitu! Mas Jungkooknya yang salah, kok! Udah nggak pernah ngomong kalau dia kepala rs Kariadi, terus marah-marah nggak jelas. Nyebelin tau, bu?" gerutu Eunha, duduk dikursi meja makan sambil mengamati ibunya berkutat dengan kompor dan panci.
"Pasti dia punya alasan, Na. Udah kamu tanyain belum?" ibu Eunha menegur halus.
"Udah, tapi dia bilang nggak apa-apa. Kayak cewek aja kalau ngambek ngakunya nggak apa-apa." dumel Eunha. Ibu terkikik, meletakkan sepiring spagetti di meja lalu duduk dihadapan anaknya.
"Ibu pikir, kayaknya mas-mu lagi menderita makanya dia mendadak judes begitu." gumam ibu kemudian, mengamati Eunha yang menyendok spagettinya dengan wajah tertekuk.
"Menderita kenapa, coba? Eunha nggak nakal. Nggak ngerepotin juga. Malah mas Jungkook yang sering nakal dan ngerepotin Eunha. Kayaknya, semua cowok dibumi ini nyebelin ya, bu? Nggak ayah, nggak Ghandi, mas Jungkook juga." Eunha memasukkan sesedok besar spagetti ke dalam mulutnya, masih melotot marah pada seseorang yang tidak ada disana.
"Kamu juga nyebelin, tau? Apalagi kalau kambuh cerewetnya, kambuh manjanya, kambuh keras kepalanya. Haduh, ibu aja sampai angkat tangan." ibu menyahut pura-pura putus asa. Eunha sampai menatap wanita yang telah melahirkannya itu dengan tatapan tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Ojol (Fin)
Fanfiction"Mbak?" "Ya?" gadis itu menoleh bingung. "Namanya siapa? Nikah sama saya, mau?" Heya Eunha merinding, geli, dan merasa takut ketika seorang laki-laki asing tiba-tiba melamarnya di tengah keriuhan pasar Ungaran dipagi hari. Gadis yang baru menginjak...