Hanami di Sumida - 13. Selarik Rasa

1.2K 142 11
                                    

Ketika selarik rasa menyelinap tak permisi ke dalam hati, what would you gonna do?

•◇•

Suara gaduh di ruang duduk membangunkan tidur nyenyakku. Semalam, kami sampai di apartemen hampir pukul dua belas malam. Gara-gara Khawla merengek-rengek untuk mampir ke Rainbow Bridge di Odaiba. Dia ingin sekali melihat keindahan jembatan sepanjang 798 meter di waktu malam.

Alhasil, setelah bercapek-capek main salju di Gala Yuzawa, rombongan sirkus mini kami singgah dulu ke area Teluk Tokyo yang juga dikenal sebagai kawasan wisata waterfront.

Untungnya Khawla tidak ngotot ingin menjelajah seluruh tempat hiburan di situ. Hanya jalan-jalan di sekitar pantai menikmati indahnya gemerlap lampu warna-warni yang menghias Rainbow Bridge dan waterbus yang melintas di bawahnya, mampir sebentar ke Onitsuka Tiger di Aqua City, lalu diakhiri dengan makan soba panas di Sojibou Divercity. Kami baru beranjak pulang menjelang restoran tutup pukul sepuluh malam.

Aku menginjak gundukan futton tebal ketika menjejak lantai. Suara serak Nagata terdengar saat kakiku menyandung benda agak keras. "Aduh!"

Aku tergesa menyalakan lampu kamar.

"Tangan gue, wooooy!"

"Ups, sorry, Ga. Gue lupa kalo lo tidur di bawah. Sorry ... sorry ...." Aku ikut meringis melihat Nagata meringkuk berselimut sambil mengaduh kesakitan. Aku benar-benar tidak ingat kalau Nagata numpang tidur di kamarku karena kamarnya dipakai Khawla dan Binar yang ikut menginap semalam.

"Sakit, ya?"

"Sakitlah!"

Wajah Nagata meringis, tapi mata sipitnya masih tertutup rapat. "Buruan matiin lampunya, Kei! Masih ngantuk." Ia lalu menarik selimut menutupi kepala.

Aku mematikan sakelar dan beranjak keluar. Bau harum masakan melesak masuk ke hidung ketika aku membuka pintu. Tanpa mampir ke kamar mandi, aku segera menghampiri sumber wangi di ruang duduk.

Di pantry, Binar berdiri membelakangi kompor, ditemani oleh Khawla yang duduk manis di meja makan. Tampaknya Khawla sedang bercerita dengan seru. Binar sesekali menimpali sambil tangannya terus sibuk mengaduk sesuatu di penggorengan.

"Masak apa, Nar? Baunya wangi banget?"

"Eh, Mas. Udah bangun?" Binar menoleh sebentar. Lalu kembali menekuni kegiatannya. "Iya, nih. Lagi bikin nasi goreng mawut. Tunggu, ya, sebentar lagi selesai."

"Wow!" seruku senang. "Pakai telur orak-arik ga?"

"Iya, udah dibikinin sendiri," sahut Khawla. "Gue nggak suka kalo telurnya dicampur. Amis."

Aku duduk di sofa bed, mengamati Binar yang tampak cekatan memegang peralatan masak. Ujung hijab hitamnya disematkan ke belakang leher agar tidak mengganggu aktivitasnya selama memasak.

"Aku tadi nemu sosis dan telur di kulkas. Trus aku lihat juga ada mi instan dan saus tomat di lemari. Khawla juga bawa sambal bawang dan bawang goreng lumayan banyak dari Indo kemaren. Ya udah, aku buat nasi goreng mawut dengan bumbu seadanya buat sarapan. Sayang, nggak nemu tomat dan timun buat pugasannya," jelas Binar. Tangannya lalu memindahkan isi wajan ke dalam piring lebar yang sudah disiapkan Khawla di meja makan. Bau harum memenuhi seluruh ruang duduk.

"Kamu bisa masak, Nar?" tanyaku takjub.

"Ya, bisalah!" Binar tertawa. "Ibuku bisa murka kalau anak gadis satu-satunya nggak bisa masak. Siapa yang mau bantuin di rumah?" tanyanya retorik.

Hanami di Sumida [ COMPLETED ] - Seri: Love Will Find a Way (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang