Sobats, siapa kangen Binar??
Happy reading!~~~•○•~~~
Aku menatap Shirin dengan tenang. Wajahnya serius. Namun, entah kemana perginya degupan yang harusnya bergema di jantungku mendengar ucapan cinta dari orang yang dulu pernah dekat denganku itu. Aku sadar, saat ini hampir sama seperti ketika aku mulai berpacaran dengannya. Saat itu Shirin bilang dia cinta padaku, dan mau aku menjadi pacarnya. Dan aku lupa apakah saat itu aku juga bilang mencintainya. Harusnya kalau aku menyatakan hal yang sama pasti akan selalu ingat, bukan?
"Aku masih bekerja sebagai karyawan di tempat yang sama seperti dulu, jika kamu belum lupa." Aku mencoba mengingatkan Shirin. "Perusahaan yang sama seperti saat kamu meminta putus denganku karena tidak yakin jika ke depannya aku bisa membiayai kehidupanmu kelak jika kita sampai ke jenjang pernikahan."
Shirin terlihat kaget. Ia hendak membalas perkataanku tapi aku tak mau memberinya kesempatan sebelum mengeluarkan unek-unek yang sudah lama ingin kusampaikan.
"Perusahaan yang kamu hina tidak akan bisa memberikan masa depan yang lebih baik dibandingkan jika aku bergabung bersama Papa di perusahaannya. Aku masih karyawan, Shirin. Gajiku memang lebih dari cukup untuk hidup, tapi tak akan cukup untuk memenuhi gaya hidupmu. Kamu sudah siap?"
"Ke ..." sela Shirin cepat. "Aku lihat kamu tampak bahagia tinggal di Tokyo. Bukankah karena kamu pemilik perusahaan bersama Om Ghani, Ke?"
Aku tersenyum. Jadi ini alasan Shirin ingin menjalin hubungan kembali denganku. Aku benar-benar bodoh jika masih terpesona padanya.
"Kamu salah," tegasku. "Aku belum pernah sekalipun bergabung dengan perusahaan Papa. Aku tinggal di sini karena dikirim perusahaanku untuk bekerja di head office selama satu setengah tahun. Kami sedang mempersiapkan pembangunan plant baru di Indonesia. Karirku memang meningkat dibandingkan dulu, Shirin. Meski begitu aku tetap karyawan, bukan pemilik perusahaan."
"Kenapa kamu tidak juga mau bergabung dengan Om Ghani, Ke?" sahut Shirin. Ada segunung penyesalan di sana. "Kamu itu cerdas, Ke!" seru Shirin. "Sayang kalau cuma jadi karyawan. Pasti perusahaan Om Ghani akan berkembang lebih pesat lagi dengan adanya kamu di situ. Hidupmu juga lebih layak karena kamu pemilik perusahaan, bukan sekedar karyawan!"
Aku tak peduli meski berjuta-juta bujukan dilontarkan Shirin. Sama seperti bertahun-tahun yang lalu saat Shirin ngotot ingin meminta putus. Saat itu aku keukeuh ingin tetap membangun karir di perusahaan tempatku bekerja sampai sekarang.
Bayangkan! Biasanya orang akan berjuang keras agar dapat diterima bekerja di sebuah perusahaan besar skala internasional, ini malah sebaliknya. Aku dihubungi oleh HR Manager langsung yang memintaku untuk bergabung bersama mereka begitu selesai wisuda. Bahkan ijazahku pun belum sempat keluar, hanya ada surat keterangan lulus sementara. Mereka sedang mencari kandidat yang tepat sebagai executive trainee di plant mereka. Aku membangun karir di manajemen perusahaan dari nol. Meski sekarang jabatanku belum terlalu tinggi dalam struktur organisasi perusahaan, tapi cukup lumayan untuk pria berusia dua puluh delapan tahun sepertiku. Ada yang dibanggakan jika datang ke acara reuni teman-teman kuliah.
"Kamu tidak akan mengerti, Shirin. Ini duniaku!" Aku balas berseru dengan kesal. "Susah payah kudapat dari tetesan keringatku sendiri!" Darahku mulai naik ke ubun-ubun. Percuma menjelaskan berkali-kali kepada Shirin, dia tidak akan mengerti.
"Pekerjaan ini sesuai dengan keinginanku. Sampai sekarang aku belum berpikir untuk bergabung bersama Papa." Aku sedikit mengendurkan intonasi bicaraku. Malu dilihat orang jika kami saling berteriak di tempat terbuka seperti ini.
Shirin terdiam. Tak sepatah katapun keluar untuk membalasku. Sepertinya ia berpikir keras. Aku tak peduli. Jika Shirin ingin berteman denganku, aku akan menerimanya. Namun TIDAK jika ia ingin lebih.
"Kamu sudah punya calon, Ke?"
"Huh?"
"Apa karena gadis itu?"
Pertayaan Shirin membuatku bingung. Sepertinya aku tak paham maksud wanita yang duduk bersamaku dengan wajah mulai ditekuk.
"Gadis yang mana?"
Shirin tertawa getir.
"Aku tahu, pasti ada hubungannya dengan gadis yang ada di media sosialmu. Tokyo girl?" ujarnya mengingatkanku. "Gadis yang membuatmu terlihat lebih ceria dan bahagia. Siapa namanya? Apa dia lebih baik dari aku?" kejar Shirin. "Gadis itu pasti telah meracunimu. Aku tahu! Pasti gara-gara dia!"
Aku terperanjat. Ya, ampun! Jelas Binar yang dimaksud Shirin.
"Bukan urusanmu!" Aku langsung berdiri. Pembicaraan ini tidak mungkin dilanjutkan lagi. Lebih baik aku pergi. Tak peduli jika memang harus bermusuhan dengan Shirin. Secara kasatmata pembicaraan ini tidak ada hubungannya dengan Binar. Mengapa Shirin menjadi delusi dan menuduh yang tidak-tidak?
"Ke!"
Aku mulai berjalan menjauhi bangku taman. Persetan meski Shirin berteriak memanggilku. Sudah! Sampai disini saja aku meladeninya. Tadinya aku berharap bertemu dengan Shirin bisa menyambung kembali pertemanan. Aku tidak mau menyimpan dendam di dalam hatiku. Binar yang mengajariku untuk letting go. Tadinya aku akan letting go dalam arti bisa melepas ganjalan yang kurasakan dalam perpisahanku dengan Shirin, dan kembali berteman dengannya. Ternyata sekarang aku tidak hanya letting go, tapi benar-benar leave behind. Dalam arti yang sebenarnya.
Shirin ternyata bisa menyusulku dengan cepat. Tangannya segera menarik tanganku untuk menghentikan langkah. Memintaku untuk berhenti.
"Stop, Ke! Please!"
Ketika aku benar-benar berhenti, alih-alih melepaskan tangannya, Shirin malah memelukku dari belakang.
"Maafkan ... maafkan aku!" gumamnya pelan. Shirin menempelkan kepalanya di punggungku. Tangannya semakin rapat memelukku dari belakang.
Badanku menegang. Sebenarnya aku malu sudah berselisih dengannya di muka umum. Namun aku sadar, posisi ini bisa membuat orang yang melihat akan salah paham dan mengira kami sedang bermesraan. Belum sempat aku melepas pelukan Shirin, terdengar suara yang sangat aku kenal menyapa dari belakang kami.
"Mas Varo?"
________________________
Eng ing eeeeeng....Salam grogi,
A
25.04.2019
_________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanami di Sumida [ COMPLETED ] - Seri: Love Will Find a Way (1)
RomansaHighest rank #1 Metropop 06.04.2019 - 11.04.2019 Kei tak lagi berusaha untuk melawan takdir. Ia menjalani hari-hari seperti yang sudah digariskan untuknya. Tak lagi mempertanyakan mengapa segala sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi pada dirinya...