Hanami di Sumida - 42. Hanami di Sumida

998 123 47
                                    

Aku menarik lembut tali tas Binar agar terus berjalan. "Yuk, kita jalan menyusuri sungai."

Tidak hanya Binar yang terpukau pada indahnya ribuan pohon sakura yang sedang berbunga di kedua sisi sungai Sumida. Hatiku seakan ikut membuncah bahagia berjalan bersisian bersama Binar di bawah kerimbunan pohon. Menikmati pemandangan di tengah keramaian orang yang datang dengan tujuan sama.

Aku dan Binar pelan-pelan menyusuri jalan conblock sepanjang hampir delapan ratus meter. Tak heran orang-orang menantikan momen seperti ini. Saat sakura mekar dengan indahnya. Bercengkerama atau berjalan-jalan di bawah naungan batang-batang menjulur yang dipenuhi dengan kuntum-kuntum sakura yang mekar. Sensasi yang aku sendiri sulit menjabarkan keindahannya.

Tak sepatah kata pun terucap dari bibir favoritku. Lidahnya seperti terkunci. Tersihir oleh suasana Sumida Park sore ini. Matanya nyalang menatap sekitar. Seperti ingin merekam semua pemandangan indah yang melingkupinya.

"Sambil foto dulu, Nar," ajakku membuyarkan keheningan di antara kami berdua.

Ajakanku langsung disambut dengan semangat oleh Binar. "Mauuu ...!"

Sambil terus berjalan, aku dan Binar bergantian mengambil foto dengan latar belakang yang berbeda-beda. Ada Tokyo Skytree, Sumida Pier, Azuma Bridge, gedung-gedung sepanjang Sumida River, dan juntaian batang pohon sakura sepanjang jalan yang kami lewati. Apapun yang tampak menarik langsung menjadi obyek foto kameraku, atau ponsel Binar. Ratusan foto cantik berhasil aku jepretkan. Ada sebagian pose Binar yang kuambil diam-diam saat lengah. Terlihat lebih natural dibandingkan saat ia sadar kamera.

"Duduk dulu, Mas!" Binar menunjuk bench besi berwarna gelap di depan kami. "Capek banget, nih!"

Napas Binar mulai terengah-engah. Aku merasa bersalah sampai membiarkannya kelelahan. Tak sadar, aku dan Binar sudah berjalan menyusuri taman sejauh hampir lima ratus meter saat menemukan bangku kosong. Kerumunan orang di sini tidak sebanyak saat berada di dekat Sumida Pier. Membuat aku dan Binar lebih leluasa menikmati senja yang mulai datang.

"Tolong kantongnya dibuka, Nar." Aku meletakkan ransel yang sedari tadi menempel erat di punggungku dengan hati-hati. "Ada minuman dan biskuit di situ."

"Ooh," serunya panjang. "Ceritanya kita sedang merayakan hanami(1), nih, Mas?" Mata Binar berkilat senang.

Aku tersenyum lebar. "Hanami di Sumida, Nar."

Binar ikut duduk di sebelahku sambil membuka kantong yang dibawanya. "Piknik kecil-kecilan di bawah pohon sakura di taman Sumida." Binar berseru senang. "Tak pernah kubayangkan ada tempat seindah ini. Benar-benar menakjubkan," ujarnya lagi.

Binar terus berceloteh sambil menyusun air mineral dan makanan kecil diantara kami sehingga posisi duduk kami terpisah. Aku meringis masam, tapi tak memprotes pengaturan yang dilakukan Binar. Biarlah duduk kami tidak berhimpitan asal hati kami tidak berjauhan, aku menghibur diri dalam hati.

"Nggak nyangka, kan, kalau Sumida Park yang beberapa kali kamu lewati bisa seindah ini di musim semi?"

Binar menggeleng kuat-kuat. Matanya lurus menatapku. "Terima kasih banyak, Mas," ujarnya lugas.

"Kok berterima kasih?" Aku balas menatap Binar.

"Yah, pokoknya terima kasih buat Mas Varo yang baik hati," putus Binar tanpa menjelaskan lebih lanjut. Ia menunduk pura-pura mencari ponsel dalam tas selempang di pangkuannya.

"Iya deh." Aku tersenyum. "Terima kasih juga buat Binar."

Aku berdeham kecil meredakan gugup yang tiba-tiba menghampiri. Kedua tangan kugosok-gosokkan berhimpitan untuk meredakan jantungku yang berdegup kencang. Aku segera menarik napas panjang agar detak dalam rongga dadaku tidak semakin bertalu-talu.

Hanami di Sumida [ COMPLETED ] - Seri: Love Will Find a Way (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang