Hanami di Sumida - 14. Cullinary Buddy

1.2K 148 12
                                    

Sometimes what you're looking for
comes when you're not looking at all

-anonymous-
_

______________________

"Menurut map kita lurus aja sekitar 350 m. Lokasinya sebelah kiri jalan. Am I right?" tanya Binar memastikan. Tangannya menunjuk ke arah barat daya dari tempatnya berdiri di trotoar depan pintu keluar stasiun Tsukiji. Matanya tetap memperhatikan peta elektronik di ponsel. Kacamata bingkai hitamnya sedikit melorot dari pangkal hidung, memperlihatkan bulu mata lentik yang mengintip dari balik lensa.

"Yeah, I guess so. Sepertinya nggak jauh." Aku menjawil Binar. Mengajaknya segera berlalu setelah menemukan papan petunjuk berwarna hijau yang memberikan informasi persis seperti yang dikatakannya. Aku yakin kami sudah dekat dari pasar karena bau khas sudah menyambut sejak keluar dari stasiun. "Let's go!"

Binar menurut. Ia berjalan di sampingku sambil memandangi layar ponselnya. "Khawla nanya, nanti ketemu di mana, Mas?"

"Ntar telepon aja kalau dia sudah selesai. Aku juga belum tahu mau nongkrong di mana."

Rencana awalnya memang kami akan ke Pasar Tsukiji di distrik Chuo. Hanya saja Khawla tiba-tiba meminta untuk jalan ke Ginza begitu tahu kereta jalur Hibiya Line yang akan kami tumpangi juga menuju pusat perbelanjaan modern di jantung kota Tokyo itu. Jadi, aku dan Binar tetap turun di stasiun Tsukiji, sementara Nagata dan Khawla akan turun satu stasiun setelah kami.

"Kita kemana dulu, Mas?" tanya Binar ketika mulai melihat bangunan Pasar Tsukiji. Mungkin karena besok libur tahun baru, maka hari ini pasar menjadi lebih ramai oleh pengunjung. Padahal kami sudah hampir jam sepuluh sampai sini. Aku pikir sudah lebih sepi karena biasanya aktifitas pelelangan tuna di inner market yang menjadi destinasi wisata favorit di pasar ini sudah selesai sejak subuh tadi.

Aku berjalan pelan, mencoba membuka jalan di tengah kerumunan orang di sepanjang jalan pasar ikan terbesar di dunia itu. Binar secara spontan segera mengekor di belakangku.

Pasar ini terdiri dari beberapa blok yang terbagi menjadi dua bagian, outer market dan inner market. Aku dan Binar hanya ingin menyusuri area outer market untuk membeli bahan barbeque nanti malam sekaligus menjajal berbagai jajanan yang ada di sepanjang Tsukiji Dori.

"Follow the crowd aja, ya?"

Aku tak mendengar jawaban Binar. Namun, aku merasakan tangannya menarik lembut ujung jaketku tanda setuju.

Makin berjalan ke dalam, kerumunan orang bukannya makin berkurang. Gang sempit di dalam pasar masih tetap ramai dengan wisatawan. Tampaknya semburan hawa dingin bulan Desember terkalahkan oleh keinginan untuk mencicipi lezatnya hidangan laut, fresh from the sea.

Kios yang menjual hidangan laut segar maupun kering, sayur-mayur, gerai makanan, dan peralatan memasak, berderet sepanjang blok outer market. Bahkan ada juga yang menjual kaos dan cinderamata khas Pasar Tsukiji. Suasananya hampir mirip dengan pasar di Jakarta. Yang membedakan adalah di sini pasarnya SANGAT bersih, rapi, dan terawat. Tidak tampak sedikitpun tumpukan sampah yang berserakan.

Segala jenis hewan laut segar dipajang di depan kios, dari yang aku biasa aku temui atau bahkan yang aku tidak tahu bahwa ada jenis hewan laut seperti itu. Sesekali aku sempatkan untuk menjepretkan kamera kesayangan yang tak lupa kubawa. Tak ingin melewatkan momen membidik banyak obyek menarik di pasar yang sebentar lagi direlokasi demi menyambut pesta olimpiade Tokyo tahun 2020.

"Mas ... Mas. Ada yang jual tamagoyaki!" Tangan Binar menunjuk antrian di depan kios yang berjarak lima meter di depanku. "Beli, yuk!"

"Oke." Sama seperti Binar, bau telur digoreng dari kejauhan sudah menerbitkan air liurku. Ditambah dengan atraksi penjual dengan wajan kotak dan supitnya membuat orang rela mengantri panjang, sabar berdiri menunggu giliran.

Hanami di Sumida [ COMPLETED ] - Seri: Love Will Find a Way (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang