Hanami di Sumida - 19. Jurus Bujukan Maut

1.1K 134 14
                                    

Selamat tinggal Maret, selamat datang April
Bonus buat yang belum tidur jam segini
Sehari dua bab, yak! Pagi tadi dan malam ini. Selamat menikmatiiii ....
____________________________

"Lalu diam-diam aku pulang ke rumah. Habisnya sebal. Salah sendiri lupa kalau aku ikut bermain bersama mereka. Eh, malah ninggalin aku main sendiri di lapangan, sedangkan mereka bablas main di sungai tanpa mengajakku," tambah Binar sambil menguap. "Saat sadar aku tidak ada, mereka lalu mencariku ke mana-mana. Karena aku tidak juga ketemu mereka jadi tidak berani pulang. Takut dimarahin Bapak kalau pulang nggak bersamaku."

"Padahal kamu sembunyi di rumah?" tanyaku.

"Iya. Mereka nggak tahu kalau aku sembunyi di kamar almarhumah Mbah Putri. Aku diemin aja meski denger suara mereka manggil-manggil dari halaman," kata Binar. "Akhirnya mereka benar-benar dimarahin Bapak. Selain karena ninggalin aku, juga karena baru sampe rumah saat terdengar azan magrib." Suara Binar mulai terdengar lirih.

Aku tersenyum membayangkan Binar saat menghabiskan masa kecil bermain bersama saudaranya. Dalam bayanganku, gadis ini cukup tangguh menghadapi ketiga kakak laki-lakinya. Menjadikan Binar mandiri, bukan malah manja hanya karena menjadi anak perempuan satu-satunya.

Terdengar suara Binar menguap kesekian kalinya. Aku melirik jam tangan di nakas, sudah pukul dua belas lewat. "Pantes, mataku juga sudah mulai sepet," batinku. Jadi kalau dihitung kami sudah menghabiskan waktu berbincang lewat telepon selama hampir dua jam.

Mataku terbelalak. Ha? Dua jam!

"Eh, udah larut, Nar. kamu istirahat dulu, deh," kataku ikut menguap. "Besok disambung lagi."

"..."

"Binar?"

"..."

"Ramadania?"

Tidak ada jawaban. Aku mendengarkan dengan saksama suara di seberang. Hanya terdengar suara tarikan napas halus yang konstan. Aku meringis. Nampaknya Binar sudah jatuh tertidur sebelum sempat menutup sambungan telepon.

"Selamat istirahat, Ramadania," Aku berkata pelan lalu menutup telepon. "Terima kasih sudah menemaniku malam ini."

-*-

"Maaf, Mas Varo. Semalam aku ketiduran," tulis Binar saat aku membuka aplikasi pesan singkat pagi ini.

Aku segera mengetik balasan, "It's OK."

Binar lalu membalas, "Padahal aku yang ngajak ngobrol terus, ya? Malah aku yang tidur duluan."

"Gpp, Nar. Aku suka, kok, dengerin kamu cerita."

"Yo, wis. Aku ke kampus dulu. Selamat bekerja, ya, Mas. Have a nice day!" Ditambah dengan emotikon bergambar lengan berotot sebanyak dua buah.

Aku tersenyum dan membalas dengan emotikon jempol.

Meeting baru selesai pukul tiga sore, dan aku baru saja meninggalkan ruangan ketika ponselku berbunyi. Sore ini aku berencana pulang on time supaya bisa mengajak Binar makan ramen di Asakusa. Semalam dia sempat cerita kalau suka makan ramen, tapi belum pernah ke kedai tempat Nagata mengajak Khawla mampir minggu lalu. Membayangkan menyeruput kuah mi yang gurih dan panas di tengah kepungan udara dingin, sudah menerbitkan air liurku. Hanya saja aku belum sempat mengabari Binar karena sibuk mempersiapkan teleconference antara kantor Indonesia dengan head office sejak pagi tadi.

Binar. Aku membaca nama yang tertera di panggilan masuk layar ponselku. Kebetulan. Belum juga ditelepon sudah nelpon duluan. Aku tersenyum senang.

"Mas Varo, sibuk? Lagi meeting, nggak? Maaf kalo ganggu," tanyanya setelah mendengar suaraku menjawab salam darinya.

Hanami di Sumida [ COMPLETED ] - Seri: Love Will Find a Way (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang