Wow, 2 chapter in a row!
Pagi dan sore 😉
Yeay! Enjoy!____________________________________
"Sumimasen!"(1) Seorang wanita dengan penampilan keren ala mbak-mbak yang ngantor di Sudirman Jakarta plus coat dengan jahitan rapi bergegas melewati pintu kereta yang sebentar lagi mulai menutup.
Aku sedikit bergeser memberinya jalan. Wanita itu tersenyum dan segera meraih pegangan berupa untaian ring yang masih kosong di atas kepalanya. "Arigatou."
Aku mengangguk samar, lalu kembali tenggelam dalam pikiranku. Aku hanya perlu tiga kali pemberhentian untuk ganti kereta di stasiun Asakusa kemudian lanjut dua kali lagi pemberhentian untuk sampai di stasiun Oshiage. Lalu dengan sedikit berjalan cepat sekitar dua puluh menit, maka aku sudah sampai di gedung tempatku bekerja.
"Kamu yakin mau mengambil jurusan itu?" terngiang-ngiang pertanyaan tak percaya Papa bertahun-tahun yang lalu berkelebat di kepalaku. "Itu hanya membuang-buang waktu saja, Kei!"
"Biar Kei mengambil keputusan sendiri, Pa," suara Mama membelaku. "Dia berhak untuk menentukan masa depannya sendiri."
Aku kembali menjelaskan kepada Papa. "Kei suka jurusan teknik mesin, Pa. Apalagi bisa diterima ke universitas itu bukan perjuangan yang mudah buat Kei. Kei sudah mengalahkan beribu-ribu orang yang sudah berlomba untuk masuk ke sana, masa Kei harus melepaskannya?"
"Lalu siapa yang akan meneruskan perusahaan Papa, Kei?" sergah Papa dengan penuh dengan kekecewaan. "Papa kan selalu bilang, Papa ingin kamu kuliah bisnis. Di negara manapun yang kamu pilih, silahkan!" Suara Papa meninggi, "Akan Papa bayarin!"
Aku terdiam. Mama kemudian memegang tangan Papa untuk meredakan emosinya yang mulai naik. "Yang menjalani hidup kan Kei sendiri, Pa. Kita sebagai orang tua hanya bisa mengarahkan. Jika Kei tidak suka, kita tidak bisa memaksanya."
Aku memandang wajah teduh Mama. Tak ada gurat-gurat tanda penuaan di wajah putih bulatnya. "Kei akan bertanggung jawab pada apa yang Kei pilih, Ma. Kei juga ingin membuat Papa dan Mama bangga."
"Tapi mau jadi apa kamu nanti setelah lulus, Kei?" Suara Papa masih penuh dengan emosi. Aku tahu, pria setengah abad itu sangat kecewa mendengar pilihanku. Sebagai anak tunggal, Papa berharap aku bisa meneruskan perusahaan yang dirintisnya dari nol hingga sekarang sudah mempunyai beberapa ratus karyawan itu. "Tukang benerin AC?" lanjutnya lagi.
Aku memejamkan mata. Pembicaraan ini semakin membuat kepalaku pusing. Mungkin aku memang harus menuruti keinginan Papa. Apalagi untuk masuk ke universitas pilihanku ini bukan perkara mudah. Dan aku sudah mengidam-idamkannya sejak lama.
Hanya Mama yang memahami saat aku tekun memperhatikan bagaimana sebuah alat bekerja. Aku selalu senang menungguinya membuat kue, dan membantunya saat menggunakan food prosessor, mixer, ataupun blender. Aku juga suka menunggui tukang service yang sedang memperbaiki mesin pemotong rumput, AC, mesin pemanas air, bahkan mesin pompa air kolam renang di rumah saat sedang rusak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanami di Sumida [ COMPLETED ] - Seri: Love Will Find a Way (1)
RomanceHighest rank #1 Metropop 06.04.2019 - 11.04.2019 Kei tak lagi berusaha untuk melawan takdir. Ia menjalani hari-hari seperti yang sudah digariskan untuknya. Tak lagi mempertanyakan mengapa segala sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi pada dirinya...