Hanami di Sumida -23. Shibuya Crossing

1K 127 12
                                    

Harmony makes small things grow, lack of it makes great things decay

***

Aku meringis. Lupa belum memberi tahu Binar kalau terjadi perubahan rencana. "Kalau sekarang ke Saitama, tokonya belum buka pas kita sudah sampai sana. Aku nggak familiar dengan daerah sana, nanti kita bingung mau ngapain sambil nunggu tokonya buka. Jadi, sekarang kita ke Shibuya aja, ya?" bujukku. "Habis itu baru benerin laptop ke Akihabara, langganannya Nagata juga. Supaya siangnya bisa makan ramen yang aku bilang kemarin."

"Eemm...," gumam Binar. Keningnya berkerut, "Kenapa enggak ke Akihabara dulu? Nanti laptopnya enggak selesai dibenerin, Mas."

"Ini masih jam delapan, Neng! Dari sini ke Akihabara sepuluh menit juga sampai. Tokonya juga belum buka jam segini."

"Ooh. Trus kita mau ngapain aja di Shibuya?" kejar Binar lagi. Tampaknya dia belum juga puas dengan jawabanku.

"Banyak. Nanti kamu juga tahu." Aku tersenyum simpul. "Udah tenang aja, masalah laptop pasti beres." Aku meyakinkannya.

"Janji, ya?"

Astaga! Susah benar meyakinkan gadis ini. Untungnya, Master Kei sudah jelas beberapa tingkat lebih berpengalaman kalau cuma menghadapi anak kuliahan seperti Binar.

Dua jariku tangan kananku sontak teracung membentuk simbol peace. "Janji!"

Turun dari kereta di stasiun Shibuya yang ramai, Binar mengikuti langkahku tanpa semangat. Badannya beberapa kali tersenggol hingga agak tertinggal di belakang. Spontan aku menggenggam tangannya agar tidak terpisah. Aku bersyukur dalam hati ketika Binar tak menepis tanganku, malah balas menggenggamnya. Aku merasa nyaman meskipun genggaman kami terhalang oleh kain wool yang menyarungi tangan masing-masing. Genggaman tangan Binar terasa pas di tanganku. Ukuran tangannya tidak terlalu kecil, juga tidak terlalu besar. Cengkeraman tangannya tidak terlalu erat, tapi juga tidak lemah. Dengan sangat menyesal aku harus melepaskan genggaman tangan kami setelah berada di luar stasiun yang lebih lengang.

"Nar, mau foto bareng ama si Hachi, nggak?" Aku mengajaknya berhenti saat melewati kerumunan orang di depan jalan keluar stasiun.

"Si Hachi?" Binar segera menatapku. "Maksudnya patung anjing Hachiko? Emang deket?"

"Lhah, nggak deket lagi." Aku menunjuk ke tengah kerumunan orang yang bergantian berpose di depan sebuah patung anjing berwarna tembaga. "Itu di depan kamu. Arah jam satu."

Wajah Binar langsung bersemangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajah Binar langsung bersemangat. "Oalaaah...! Kenapa Mas Varo nggak bilang dari tadi. Ayo, Mas!" Binar langsung menarik ranselku, mencoba menyibak kerumunan orang di depan patung anjing ras Akita Inu yang ceritanya sudah tersebar ke seluruh dunia.

"Antri banget, Mas," keluh Binar. Raut wajahnya terlihat kecewa.

"Ya, sabar, Nar. Di sini nggak pernah nggak antri. Emang begini tiap saat."

Hanami di Sumida [ COMPLETED ] - Seri: Love Will Find a Way (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang