[04] : |Apa Iya?|

1.4K 28 0
                                    

Minggu pagi adalah suasana paling indah menurutku. Bisa berlari mengitari taman di depan komplek bersama para teman karibku. Setelah cukup lelah, aku memilih beristirahat dan meneguk sebotol air mineral.

"Lo gimana sama Heven?" tanya Lolli, temanku.

"Udah nggak. Dia selingkuh lagi." Jawabku malas.

"Kenapa lo nggak pacaran sama Prisma aja?"

"Ngaco ya lo ngomongnya!"

"Ya kan siapa tahu? Lo sama Prisma sahabatan dari kecil. Prisma juga ganteng gitu."

"Kalo lo mau, ambil aja."

"Kalo gue mau, udah gue embat duluan."

Aku tak membalasnya. Bahasan yang kurang menyenangkan. Tiba-tiba pipiku terasa dingin dan nyeri saking dinginnya. Aku segera menyingkirkan boto air mineral dingin yang mengenai pipiku.

"Lo kenapa?" tanya Prisma di sampingku.

"Udahlah jangan ganggu. Mood gue nggak enak." Balasku ketus pada Prisma.

"Lolli, tadi lo dicari Ganis di deket gazebo sebelah utara." Ucap Prisma pada Lolli.

"O ya gue lupa. Gue tinggal dulu ya Mir, Pris." Lolli langsung ngacir ke tempat yang dituju.

"Lo kenapa sih?" tanya Prisma padaku.

"Nggak. Gue Cuma iri sama Lolli. Kenapa Heven nggak sebaik Ganis?"

"Berarti Heven bukan yang terbaik buat lo." Sambarnya dengan cepat.

“Terus kalo yang terbaik siapa?!" tanyaku kesal pada diri sendiri.

"Gue kali."

Aku mendengar apa yang diucapkan oleh Prisma. Meski ia bergumam aku mendengarnya. Jelas.

"Tadi lo bicara apa?" tanyaku memastikan.

"Ha? Tadi gue baca tulisan itu. Kue Seli. Kayaknya enak. Ke sana yuk!"

Prisma segera membawaku ke sana. Apa aku salah dengar? Tapi telingaku masih sehat untuk mendengar. Lalu pikiranku mencernanya. Dan kudapatkan sebuah pertanyaan besar.

Apa Prisma menyukaiku?

✴✴✴✴✴✴✴✴✴✴

Ketika hati kurang tepat memilih perasaan, ada dua kemungkinan. Melahirkan kebencian atau penyesalan.

—JAM

KEJORA |Completed| ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang