[22] : |Curhatan Lolli|

532 16 0
                                    

1 new message
from 'Lollipop'

Tnggu gw di hlte

Aku membaca malas pesan dari Lolli. Baru saja aku ingin naik angkot, malah ia mengirim pesan. Akhirnya aku kembali duduk di bangku halte.

Hampir lima belas menit Lolli tak kunjung datang. Tiba-tiba saja ia datang dengan mata yang sembab dan  muka yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Marah, kecewa dan sedih bercampur jadi satu di raut wajah Lolli.

Aku segera merangkulnya dari samping dan menuntunnya untuk duduk di bangku halte. Untung saja sudah tidak ada murid di halte kecuali aku dan Lolli. Karena aku tak tega melihat kekacauan Lolli dilihat banyak anak.

"Lo kenapa?" tanyaku pelan.

Bukannya menjawab ia malah menangis keras. Akhirnya aku memeluknya untuk memberinya semangat. Ia menangis cukup kencang menurutku.

"Udah. Diem dulu. Dilihatin banyak orang. Nggak malu? Ke rumah gue yuk? Ntar cerita." Ucapku menenangkan. Lolli hanya mengangguk sambil menahan untuk berhenti menangis.

Aku segera menghentikan angkot dan mengajak Lolli kerumahku.

Sampai di rumah, Mama sangat terkejut melihat Lolli yang selalu ceria datang ke rumah dengan muka yang sembab.

"Lolli habis nangis?"

Lolli segera memeluk Mamaku dan kembali menangis. Setelah Mamaku mempersilahkan Lolli masuk, aku segera mengajaknya ke kamarku. Aku ingin mendengar keluh kesah Lolli yang sedang dirasakannya.

"Lo kenapa nangis sih, Lol?"

"Gue nggak nyangka." Ucap Lolli dengan masih terisak.

"Apanya yang nggak nyangka?"

"Gue baru ngerasain sekarang."

"Apanya?" tanyaku geram. "Kalau cerita jangan setengah-setengah. Gue bingung Lolli." Tambahku.

Beberapa menit kemudian Lolli baru bisa diam sepenuhnya. Ia sudah tak menangis lagi. Hanya isakan yang masih mengiringinya.

"Ganis, Mir."

"Ganis?" aku membelalakkan mata tanda tak percaya. Tapi ada apa dengan Ganis?

"Dia ... kemaren ngomong kalau nggak suka gue."

"Maksudnya?" aku semakin penasaran sekaligus bingung dengan penjelasan dari Lolli.

"Ganis mulai bosen sama gue. Dia suka sama cewek lain. Gue nggak nyangka muka dia yang polos ternyata bisa nyakitin hati gue. Gue ngerasa kalau ini adalah karma dari apa yang gue lakukan dulu. Banyak pacar tapi hati gue nggak sepenuhnya untuk pacar-pacar gue. Tapi baru kali ini gue cinta beneran sama pacar gue. Yaitu Ganis." Terangnya panjang lebar.

Aku hanya bisa mendengus. Bingung akan memberi Lolli saran apa. Tapi apa yang dikatakan Lolli memang benar. Baru kali ini Lolli pacaran hampir satu tahun lamanya. Biasanya hanya bertahan hingga dua atau tiga bulan saja.

"Ganis." Ucap Lolli sambil terus terisak.

"Mungkin ia lagi khilaf aja Lolli. Jangan dipikir terus-terusan." Ucapku bermaksud menenangkannya.

"Nggak. Dia itu emang agak berubah akhir-akhir ini."

"Sejak kapan?" tanyaku penasaran.

"Sejak berteman baik dengan Clara."

Jantungku seakan berhenti berdegub. Aku bingung ingin berkata apa. Ada satu hal yang ingin kutanyakan pada takdir.

Kenapa harus Clara?

**********

Dunia ini luas. Hanya kita yang membuatnya sempit seakan selebar daun talas.

—JAM

KEJORA |Completed| ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang