[14] : |Ajakan Ganis|

671 16 0
                                    

"Lolli, kita mau ke mana, sih?" tanyaku kesal karena Lolli terus menyeretku entah kemana.

"Ke kafein door." Jawabnya santai.

"Hah? Ngapain?"

"Buang lo!"

"Eh! Gimana sih, lo!"

"Astaga! Gue mau ketemu Ganis. Lo emang nggak pernah peka ya?" omelnya.

Aku terus menurut mengikuti langkah kaki Lolli yang semangat. Naik bus dan setelahnya jalan kaki memang menyebalkan.

"Lolli! Tunggu!" teriakku ketika langkahnya semakin cepat.

"Dasar kura-kura!"

"Lagian lo juga sih. Rumah cuma beda komplek, ketemuannya di tengah kota. Aneh tahu nggak!" ucapku menggerutu.

"Ututu, sayangnya Ima lagi ngambek, ya?" Lolli menggoyang-goyangkan pipiku.

Aku berhenti melangkah.

"Ima? Siapa?" tanyaku. Lolli ikut mematung dan terkejut sepertiku. Beberapa detik kemudian dia baru menjawab pertanyaanku.

"Lo lupa nama mantan lo? Heven Imada Gusti."

"Nggak usah diingetin!" aku kembali berjalan dan diiringi Lolli di sampingku.

"Kan lo tanya."

Sampai di kafein door tak ada pembicaraan antara aku dan Lolli. Bahkan ketika sampai di sana, batang hidung Ganis juga belum muncul.

"Lolli, telpon dong my bebeb honey sweety lo."

"Iya. Udah gue whatsapp, bentar lagi nyampek." Ucapnya pelan.

Tak berselang lama, Ganis pun datang.

"Sorry gue lama." Ucap Ganis sambil duduk.

"Banget." Tambahku.

"Kamu darimana aja sih, Sayang?"

Mendengarnya aku ingin muntah. Telingaku aku tulikan untuk tidak mendengar ucapan mereka. Nasib jomblo memang begini. Jadi obat nyamuk pula.

"Lolli, Ganis, jangan kacangin gue. Gue bukan martabak spesial yang perlu dikacangin." Aku sudah tidak betah di sini.

"Bucin lo!" jawab Lolli.

"Jadi gue lo ajak ke sini cuma buat jadi obat nyamuk? Tega ya, lo!" sanggahku tak terima.

"Nggak Mir. Gue suruh Lolli ajak lo karena ini." Ganis mengeluarkan dua lembar tiket. Aku mengambilnya dan membacanya.

"Gebyar seni SMA Bintang? Kapan emang?" tanya Lolli.

"Lusa. Gue beliin kalian 3 tiket. Ajak Prisma sekalian. Lo bisa kan, Mir?" tanya Ganis padaku.

Aku diam. Aku masih berpikir. SMA Bintang? Pasti ada Heven di antara banyaknya tamu yang hadir.

"Lo takut ketemu Heven?" tanyanya sekali lagi. Aku mengangguk.

"Tenang, ada gue, Ganis sama Prisma yang selalu di samping lo. Lo nggak usah takut buat ngelawan semua rasa yang udah runtuh di hati lo. Hancurkan dalam sekejab mata. Tuhan sayang sama lo. Heven bukan yang terbaik untuk lo." Ucap Lolli menasehatiku.

Aku tersenyum dan memeluk Lolli erat. Ganis tersenyum senang melihat Lolli denganku sangat baik.

"Jadi pengen dipeluk, gue." Kata Ganis.

"Ye, ngarep!" bantah Lolli.

"Yaudah deh meluk diri sendiri aja." Aku dan Lolli tertawa mendengar ucapan Ganis sambil memeluk dirinya sendiri. Aku bahagia dengan mereka. Sangat.

**********

Sungguh beruntung memang. Memiliki sahabat yang menemani saat sedih dan senang.

—JAM

KEJORA |Completed| ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang