Hari ini adalah hari dimana aku harus bertanding dengan Rima. Dan di sinilah aku sekarang berada. Di GOR milik SMA Pancasila.
"Kamu harus buktiin ke Kakak kalo kamu itu lebih jago dari Si Amir itu."
"Asyiappp, Kak!" seru Rima dengan senang. Sesekali tersenyum padaku lebar-lebar.
Aku memutar bola mata malas. Meski ini hanya pertandingan kecil namun memiliki dampak besar jika tak ada satu pun yang menyemangati.
Prisma terus mengurus Rima tak ada hentinya. Menanyakan hal inilah itulah yang membuatku menjadi obat nyamuk di antara mereka.
Aku butuh juga dukungan dari Reddy. Semalam aku sudah mengirim pesan pada Reddy dan belum dibaca hingga kini. Aku tak menuntutnya untuk membaca setiap pesan-pesanku memang. Aku ini memangnya siapa? Toh akhir-akhir ini dia juga sibuk mengurus pergantian jabatan OSIS.
"Mir! Udah siap?" tanya Prisma dengan suara yang begitu bersemangat.
"Nggak usah teriak!" Balasku.
"Oke, ambil posisi. Bentar lagi dimulai sama Yugo." Perintah Prisma yang langsung aku dan Rima lakukan. Oh ya, Yugo adalah ketua extrakurikuler badminton di SMA Pancasila. Anak kelas 11 IPA 3.
Yugo membunyikan peluit pertanda pertandingan antara aku dan Rima dimulai. Di poin pertama aku kalah.
"Yeeee!!!"
"Bagus, Rima! I'm in the here for you!" Prisma terus berteriak tak jelas.
Konsentrasiku mulai pecah ketika mendengar ponselku berbunyi. Aku berusaha konsentrasi untuk memenangkan pertandingan ini. Namun aku sudah kalah telak di babak pertama.
"GG, Rim! I'm so prod of you."
"Jangan berlebihan, Kak. Ini baru permainan kecil. Kasihan juga sama Kak Mira yang konsentrasinya kelihatan pecah." Balas Rima.
Aku segera minum air hingga setengah botol. Setelahnya aku mengecek ponsel.
4 missed call
from '081556783xxx'"Siapa, ya?" terkaku.
Baru ingin menghubungi ulang Yugo sudah membunyikan peluit untuk babak kedua. Aku kembali menaruh benda pipih tersebut dan mencoba konsentrasi pada permainan.
Dua puluh menit berlalu dan aku kalah kembali dengan jarak score 5 poin. Aku mematung. Bukan soal kalah atau menang. Tapi melihat Prisma begitu bahagia dengan kemenangan Rima. Meski ia dekat denganku aku tak pernah melihatnya sebahagia ini.
Aku sudah dinyatakan kalah. Aku segera menepi dari lapangan dan mengelap keringat. Namun gerakanku terhenti ketika melihat notif ponsel. Aku segera membukanya.
1 new mesagge
from 081556783xxx
Sorry gw gk bsa"Mir!"
Mendengar teriakan aku segera menutup ponsel dan memasukkannya ke dalam tas.
"Apa?!" Balasku teriak pada Prisma. Aku menoleh sudah tak ada Rima dan Yugo.
"Pulang, yuk!"
"Ngapain ngajak gue? Ajak aja tuh Rima. Kasian dia sendirian."
Prisma mendekat dan berbisik padaku. "Cie cemburu."
"Gue udah bilang berapa kali, sih? Gue nggak suka lo. Gue sayang dan cinta sama Reddy. Kalaupun cemburu itu cemburunya sama Reddy. Bukan sama lo. Paham?" Aku benar-benar tak bisa mengontrol emosi. Rasanya sangat kesal hari ini.
Aku segera mengambil tas dan beranjak ingin pulang. Namun Prisma menahan lenganku.
"Selamat."
"Buat apa?" tanyaku penasaran.
"Kesungguhan hati lo buat nolak gue berkali-kali, meski gue nggak pernah bilang kalo gue suka lo."
Aku menghempaskan tangannya dan terus berjalan keluar dari GOR ini.
"Tenang, Mir! Gue nggak bakal suka sama lo kalo itu yang lo mau."
Mataku memanas mendengar hal itu. Aku langsung mengusap air mataku yang hampir menetes dan segera pulang ke rumah.
**********
Hati-hati dengan ucapan. Karena ia adalah doa dari setiap yang dilontarkan.
—JAM
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJORA |Completed| ✔️
Teen Fiction[KEJORA] : |KEtika JOdoh bermuaRA| Ini bukanlah kisah duniaku. Tapi sepenggal cerita tentang hidupku. Ini cerita tentang aku yang tak mau terus-terusan berurusan dengan permainan hati yang terkunci. Aku ingin mencoba membuka hati itu dengan kunci ya...