Suara deru motor Prisma sudah berhenti di parkiran sekolah. Aku segera turun dan melepas helm. Lalu meninggalkan Prisma yang masih sibuk merapikan tatanan rambutnya.
"Mir! Tunggu oii!!!"
Beberapa detik setelahnya, ia sudah berjalan di sampingku menuju kelas.
"Lo kenapa sih, Mir? Dari tadi diem aja keg dinding. Lo lagi sariawan?"
Aku diam. Aku tahu Prisma sedang mengajakku bercanda. Tapi entah kenapa permintaan bantuan Prisma kemarin membuatku jadi kelu untuk berucap apapun.
"Endah! Lo kalo mau beli di toko gue. Ini roti khusus untuk Mira. Dia kan kalap kalau tahu roti ini." Suara Jorgy membuatku terhenti di pintu kelas. Prisma juga ikut berhenti.
"Ya gue tau Mira suka banget sama roti, tapi sebanyak ini nanti Mira jadi gembul. Dia itu lagi diet, Gy! Pliese ya buat gue satu aja..." Endah memohon pada Jorgy.
"Enak aja! Ini itu titipan P-"
"What's up bro!!!!!"
Tiba-tiba Prisma berteriak kencang sekali di sampingku. Bahkan gendang telingaku rasanya ingin pecah. Ia berlari kencang dan memeluk Jorgy dari samping. Prisma dengan senyum yang tak jelas dan Jorgy dengan raut muka yang tak dapat dibahas.
Aku berjalan menuju bangku. Lalu membuka buku persiapan UTBK yang diberikan waktu bimbel kemarin. Jujur, sebenarnya aku muak melihat kalimat-kalimat rumit yang disajikan, tapi itu lebih baik daripada mengingat Prisma akan bersatu dengan Rima.
"Mir, ini roti sandwich buat lo. Semoga lo suka." Ucap Jorgy sambil menyodorkan bingkisan roti.
"Gue nggak pesen."
"Ini hari ulang tahun ... iya iya ulang tahun Mama gue! Kan lo pembeli setia Gygy bakery, makanya Mama gue kasih lo banyak roti."
"Gue lagi nggak pengen roti."
"Tuh, kan! Mira itu lagi bosen sama roti. Makanya itu roti kasih ke gue aja." Sahut Endah yang masih berharap akan roti itu.
"Mir, lo kan paling suka kalau ketemu roti. Gue cuma pengen lo nggak murung dari pagi. Makanya gue pesen banyak supaya lo bisa ceria kayak biasanya." Perkataan Prisma membuatku mendongak dan menatapnya.
"Ini dari lo?"
Prisma hanya mengangguk. Aku langsung merebut bingkisan roti dari tangan Jorgy. Prisma dan Jorgy tersenyum menampilkan sederetan giginya dan bertos ria.
"Lo mau roti, kan?" tanyaku pada Endah. Endah mengangguk.
"Nih buat lo. Semuanya." Ucapku tersenyum pada Endah dan Endah menerimanya dengan mata berbinar.
"Wah! Makasih banyak Mira! Lo emang yang terbaik! Lap yu labyu!!"
Prisma dan Jorgy saling bertatapan. Aku tahu ini akan mengecewakan Prisma, tapi menurutku ini akan menjadi lebih baik.
Jorgy kembali bertengkar dengan Endah entah dengan masalah apa lagi di bangkunya. Sedangkan Prisma memutar kursi yang berada di depan bangkuku menghadapku. Ia duduk di sana sambil memijat dahinya yang terlihat lelah.
Lalu ia mendekatkan wajahnya ke wajahku yang sibuk melihat soal-soal. Cukup lama ia menatapku seram. Aku lalu menghadapnya dan bertanya.
"Mau sampai kapan lo terus natap gue kaya gitu?"
"Gue heran deh, Mir. Kenapa buat menangkap hati lo aja sesusah matahin batu? Tetesan air hujan aja bisa kog melubangi batu, masa usaha selama ini nggak bisa buat hati lo lunak?"
Aku diam. Aku imut. Bukan. Aku diam karena aku takjub dengan apa yang Prisma ucap. Apa maksud dari perkataanyya barusan? Apa aku salah dengar?
"Fix!" ia cukup berteriak dan berdiri sambil mengembalikan posisi kursi.
Lalu ia berbisik di telingaku saat ia akan ke bangkunya yang berada di belakangnku.
"Gue akan tetap matahin itu batu meski membutuhkan waktu yang lama. Karena gue tahu, batu lebih lunak daripada besi. Intinya gue nggak suka besi."
Prisma segera menaruh tasnya dan bergabung bersama anak laki-laki lainnya. Aku terus menatap punggung kokoh itu dari bangku. Apa yang ia maksud batu itu adalah aku? Dan besi adalah Rima? Lalu mengapa ia semalam minta bantuannku untuk membantunya menyatakan cinta pada Rima?
**********
Aku pandai mengubah rangkaian huruf menjadi kata. Tapi aku bodoh dalam memperjelas hubungan kita.
—JAM
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJORA |Completed| ✔️
Teen Fiction[KEJORA] : |KEtika JOdoh bermuaRA| Ini bukanlah kisah duniaku. Tapi sepenggal cerita tentang hidupku. Ini cerita tentang aku yang tak mau terus-terusan berurusan dengan permainan hati yang terkunci. Aku ingin mencoba membuka hati itu dengan kunci ya...