[47] : |Salam Pamit|

437 17 2
                                    

Kantin masih sepi. Aku menggeret Prisma ke sini di tengah jam KBM yang berhubung sedang kosong. Semenjak neneknya datang, Lelaki itu tak banyak bicara. Hanya mendongak, menggeleng, berdehem, dan bicara jika perlu.

Aku masih ingat kejadian beberapa hari yang lalu. Saat neneknya datang dan menanyakan pada Prisma tentang kesiapannya pindah ke Sumatera, tepatnya di kota pempek—Palembang. Prisma menolak dan mengunci diri di dalam kamar. Sedangkan aku malah ditatap tidak suka dari neneknya dan langsung disuruh pergi begitu saja. Tante Azma hanya mengangguk pelan melihat kepergianku seakan tidak tega aku diperlakukan begitu, namun ia tak bisa membantah orangtuanya tersebut.

Suara dentingan sendok dan piring membuatku kembali sadar dari lamunanku. Aku mengerjab lalu menatap Prisma lekat-lekat. Anak itu baik-baik saja tapi hatinya tidak, mungkin saja. Nasi goreng itu sudah tandas tak bersisa di piring Prisma. Dan aku baru menyadari jika nasi gorengku belum berkurang sedikit pun. Tatapan kami bertemu. Tapi prisma segera memutus kontak mata itu dan menghela napas pelan.

"Lo kalo ada masalah bisa cerita ke gue, Pris."

"Nggak perlu. Gue bisa atasi sendiri."

Mataku terbelalak kaget. Prisma kembali mengubah logat manisnya menjadi lo-gue? Apa aku salah dengar?

"Cepet makan terus kembali ke kelas. Gue pengen tidur."

Mendengar Prisma cukup banyak bicara, aku meletakkan sendok yang sedari tadi kupegang.

"Gue sebenarnya cuma mau pamit aja, Pris." Prisma mendongak kaget dan menatapku untuk mendengarkan apa kalimatku selanjutnya.

"Gue besok ke Kalimantan buat jenguk Papa yang sakit di sana. Mungkin sekitar dua minggu. Gue cuma mau bilang ... jaga diri baik-baik ya, Pris. Dan untuk masalah saat lo nyatain semuanya ke gue itu... gu-"

"Tenang aja. Gue nggak bakal ngulangin hal bodoh lagi kayak kemaren. Gue emang nggak pernah bisa buat nempatin harapan secara tepat. Lo selalu nolak hal itu dan menghindar dari gue, dari dulu. Tapi gue udah salah langkah. Gue minta maaf." Prisma menyeruput teh hangat hingga tersisa gelas bening dan berdentum di meja ketika diletakkan. Aku memandang nasi goreng di piringku dengan nanar. Mataku memanas dengan apa yang dikatakan Prisma tadi.

"Gue bakal jaga diri gue sebaik mungkin. Gue udah biasa sendiri. Ditinggal orangtua aja gue masih bisa napas, apalagi cuma ditinggal sama lo. Salam buat Om Erdun, semoga cepat sembuh." Setelahnya Prisma bangkit dan meninggalkanku sendirian, lagi.

Air mata yang kutahan di kelopak mataku meluncur dengan bebas. Pipiku memanas karenanya. Aku menjauhkan piring dariku dan kemudian aku menenggelamkan wajahku di meja. Aku terisak. Bagaimana mungkin Prisma bisa berkata sekasar itu padaku? Dadaku sungguh sesak ketika mengingatnya. Aku terisak semakin keras. Untung saja kantin masih sepi sehingga aku tidak menimbulkan banyak pertanyaan dan gosip di sekolah.

"Eh Neng, kenapa atuh Neng Geulis nangis?" Aku mendongak dengan keadaan yang kacau ketika Bi Iyem—penjual nasi goreng—menggoyangkan bahuku.

"Nggak apa-apa, Bi Iyem. Aku mau air mineral satu ya, Bi." Ucapku yang langsung diangguki Bi Iyem. Dari arah lain, muncul Lolli dan temannya tampak membahas sesuatu yang menarik hingga membuat Lolli tak menyadari keberadaanku. Bi Iyem membawa sebotol air mineral dan langsung kubayar.

Aku kembali menunduk.  Ternyata menyelesaikan perasaan lebih sulit dibandingkan dengan persamaan trigonometri dan kalkulus.

"Mir?" aku mendongak ketika suara itu mendekat. Lolli menatapku dengan wajah terkejut melihatku berantakan. Aku kembali terisak dan langsung memeluk Lolli ketika ia duduk di sampingku.

"Astaga! Lo kenapa? Lo kenapa nangis, Mir?" Lolli memelukku erat dan mengusap punggungku pelan.

"Prisma...." gemingku pelan sambil terisak dan Lolli langsung mengerti maksudku. Ia menyuruhku untuk menangis saja agar aku lega dan ia tetap memelukku sebagai sahabat yang selalu ada.

**********

Lagi-lagi aku salah. Padahal tindakanku sudah kutata rapi tanpa celah.

—JAM

A/N :

Gimana sama chapter ini?

Suka nggak?

Silakan tag temen kalian di sini biar ikutan baca. Siapa tahu bisa mengobati rasa bosan kalian di rumah karena social distancing.

Oh ya, aku juga ada cerita baru yang judulnya Help Me!

Kalian bisa kunjungi lapak aku buat baca kisah Tara dan Taro di sana.

Kunjungi ya! Sebelum baca, silahkan tekan tombol bintang di atasnya dan jangan lupa kasih komentar.

Gimana nih, kalian masih #dirumahaja kan? Stay safe, ya! Jaga kesehatan! Karena merindukan dia juga butuh asupan. Hihi....

Best Regards,

SeptiVadila

KEJORA |Completed| ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang