Sudah seminggu lebih aku mengurungkan niat untuk bertanya pada Prisma masalah yang sudah bergelantungan di kepalaku. Aku ingin bertanya di waktu yang tepat. Namun semakin lama semakin gundah perasaanku.
"Woi... Mir. Muhammad Amir Putra Pak Dun."
Aku kesal jika Prisma memanggilku dengan sebutan itu. Aku langsung berdiri dan merebut ponsel Prisma.
"Woi... itu bentar lagi chicken dinner! Cepetan sini." Prisma berdiri dan merebut ponselnya kembali. Aku kembali duduk.
"Ah! Kalah, kan!"
"Srobot terus! Prisma udah kalah, Dan!" seru Jorgi—teman sekelasku.
"Enaknya main game apaan sih? Semuanya teriak. Kalah teriak. Menang teriak." Omelku pada Prisma yang cemberut.
"Game bisa buat gue bahagia."
"Bahagia dari mananya? Halu tahu nggak?" sanggahku.
"Iya. Sesuatu yang abstrak lebih bisa buat kita tersenyum senang daripada sesuatu yang nampak namun tak bisa melihat dan mengerti kita."
"Gimana-gimana? Bingung deh." Aku mengerucutkan bibir ketika Prisma kembali sibuk dengan gamenya yang lain.
Aku mencondongkan kepalaku ke arah Prisma. Dan kutanya pelan-pelan.
"Pris?"
"Hm,"
"Lo, suka gue ya?"
Prisma langsung terkejut dan mengakhiri permainannya.
"Tunggu-tunggu, ceritanya lo nembak gue, nih?" tanya Prisma antusias sambil tersenyum miring.
Menjengkelkan, pikirku.
"Lo pede amat sih, Pris? Gue cuman tanya. Lagian gue sukanya sama Reddy juga." Ucapku.
"Reddy? Si ketos sok baik itu?" tanyanya memicing.
"Emang dia baik. Nggak kayak lo pecicilan gitu. Ganteng juga."
"Emangnya gue nggak ganteng?"
"Ganteng. Cuman gue lebih suka Reddy. Berwibawa jalannya. Mukanya yang ram-" ucapanku yang belum selesai langsung dipotong oleh Prisma.
"Nggak usah samain gue sama si siap itu. Wajah gue ini limited edition di dunia. Jad-"
"Pris! Dicari adik kelas!" suara teriakan Endah—teman sekelasku— yang membahana dari luar mengganggu obrolanku dengan Prisma.
"Tuh, kan. Gue dipanggil sama gebetan baru."
"Gebetan baru? Emang lo punya gebetan lama?"
"Ada." gemingnya sambil berdiri.
"Siapa?" tanyaku penasaran.
"Ada." Jawabnya pelan sambil berjalan dan mengangkat tangan membelakangiku. Menandakan tema obrolan itu sudah habis dan ia tak mau ditanya lagi.
**********
Aku tak pernah tau akan satu hal. Yaitu aku yang perasa atau kamu yang tidak pernah peka?
—JAM
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJORA |Completed| ✔️
Teen Fiction[KEJORA] : |KEtika JOdoh bermuaRA| Ini bukanlah kisah duniaku. Tapi sepenggal cerita tentang hidupku. Ini cerita tentang aku yang tak mau terus-terusan berurusan dengan permainan hati yang terkunci. Aku ingin mencoba membuka hati itu dengan kunci ya...