[37] : |Ucapan dan Hati|

508 13 1
                                    

"Makasih ya, Pak." Aku segera membayar pada sopir Grab yang telah mengantarkanku dan Lolli ke taman kota. Tanpa ijin, Lolli segera menarik lenganku.

"Ayo!"

"Kemana?! Ihh sakit tauk!!" aku terus berteriak pada Lolli yang menyeret lenganku tanpa rasa kasihan. Padahal lenganku sudah seperti jus jambu karena pegangannya yang kuat.
Aku terus diseret hingga berhenti di tepi sebuah taman kota

"Ngapain ke sini??!!" tanyaku menahan emosi setelah Lolli melepas pegangannya.

"Lo mau ketemu kan sama Prisma?"

Aku manggut-manggut dengan cepat.

"La iya makanya gue bawa lo ke sini."

"Ya kan gue mau ketemu Prisma! Bukan nunggu ojek di sini!" Pekikku geram pada Lolli.

"Sabar, Sayang. Tuh! Lo liat bengkel besar itu?" tunjuknya pada sebuah bengkel mobil di seberang jalan yang membatasi taman ini.

Aku mengerutkan kening dan menghadap Lolli. Maksudnya apa?

"Lo tunggu di sini. Gue mau ke sana bentar."

"Eh eh tung-ikut! Lolli!"

"Di sini aja." Teriaknya sambil menyebrang jalan. Aku seperti menyedihkan di sini. Sendirian. Aku memutar bola malas dan memilih duduk di kursi taman. Mencari headset dan menempelkannya di kedua telingaku untuk mendengarkan musik di spotify. Lalu membuka instagram untuk mengurangi kegabutanku.

Aku sesekali melirik Lolli yang menghilang di bengkel besar tadi. Untuk apa dia ke sana? Memangnya bengkel menerima hati yang rusak? Ah, apa sih yang aku pikiran. Aku terkekeh sendirian.

Ibu-ibu separuh baya yang berjalan melewatiku berbisik-bisik melihatku. Aku mendongak. Lalu mereka melangkah dengan cepat menghindariku. Apa mereka baru saja berpikir bahwa aku orang gila? Orang masih cantik gini masak dikira orang yang nggak waras? Mereka kali yang nggak waras. Tekanku dalam hati.

Setengah jam sudah menunggu Loli yang menghilang. Aku segera melepas headset dan berjalan menuju bengkel.

"Please, gue mohon Pris."

"Buat apa gue ada buat Mira?! Apa Mira peduli sama perasaan gue? Tanpa gue bilang kalau gue suka ke dia, dia udah ribuan kali nolak gue terang-terangan! Lo masih bawa alasan ini buat gue balik kayak dulu?"

Aku segera bersembunyi di balik tembok ketika mendengar dialog antara Lolli dan Prisma. Aku tercengang mendengar percakapan itu. Suara Prisma. Aku merindukannya. Tapi kalimat yang ia lontarkan sangat menohok hatiku.

"Gue mohon. Mira sedang terpuruk, Pris. Dia butuh lo." Mohon Lolli sambil memegang lengan Prisma yang kotor karena oli.

"Kenapa saat dia terpuruk justru butuh gue? Kenapa saat ia seneng lupa sama gue?!"

"Kenapa lo tanya gue? Tanya sendiri sama Mira. Di sekarang ada di sini kog. Gue suruh dia nunggu di taman."

Prisma mengusap wajahnya kasar. Lalu beralih pada Lolli yang masih memohon padanya.

"Sorry, gue nggak bisa, Lolli. Gue di sini kerja. Masih ada banyak yang harus gue tangani. Jadi, kita bisa ketemu nanti malem aja di cafe Populer." Ucap Prisma dan setelah itu kembali bekerja.

Aku masih berada di balik tembok. Tanpa terasa air mataku menetes dengan hangat di kedua pipiku. Sebenarnya ada apa dengan Prisma?

"Oke, gue dateng nanti malem. Tapi dengan syarat, lo harus jelasin semuanya ke gue." Ucap Lolli kecewa dan kemudian keluar dari bengkel.

Aku yang mengetahui Lolli akan kembali menemuiku, segera berlari secepat mungkin. Dengan air mata yang mengucur deras, aku terus berlari tak tentu arah. Di tengah jalan, tujuanku mulai muncul. Pulang ke rumah dan kembali tidur untuk meredam rasa sakit yang menusuk hatiku.

**********

Kadang hati perlu diperhatikan agar kedepannya tak salah dalam mengambil kesimpulan.

-JAM

KEJORA |Completed| ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang