[Extra Part] :|Epilog|

400 16 7
                                    

Happy Reading 💖

___

Tik tik tik

Suara jarum jam terus menghiasi ruangan. Berbeda dengan aku yang terus deg-degan menunggu pengumuman hasil tes masuk perguruan tinggi. Tinggal dua menit lagi dari waktu yang ditentukan.

"Ihh!! Gue makin deg-degan! Badan gue udah panas dingin gini juga. Kapan sih jam dua belas?!" kesal Lolli.

Aku juga was-was setiap mendengar keluhan Lolli. Bukan pada diriku sendiri, tapi Prisma. Ia tampak pasrah dan sesekali membuang napas jengah. Lolli dan Prisma memang sengaja ke rumahku dan bermalam di sini karena ingin melihat hasil tes bersama.

"Kalian berdua bakal masuk deh. Gue yakin. Kalian kan beneran kalo belajar. Gue kan cuma kalo ada niat doang. Itupun ngumpulin niatnya jam-jaman. Lo nggak usah takut, Lol. Kamu juga Mira."

Senyum manis terbit di wajah Prisma tapi aku yakin ada rasa tertahan yang ia simpan. Kita bertiga kembali diam hingga angka di layar laptop benar-benar menunjukkan pukul dua belas malam.

"Gue duluan!" seru Lolli.

Aku dan Prisma menurut dan mengalah. Aku langsung mengetik nama Lolli Devara di kolom pencarian yang disediakan. Garis biru yang muncul terus berputar tanpa henti. Padahal aku sudah menggunakan jaringan terbaik. Lolli kesal sendiri dan kadang-kadang mengusap wajahnya gusar.

Selamat, Anda dinyatakan Lulus Seleksi SBMPTN pada

PTN : Universitas Indonesia
Program Studi : Kedokteran Hewan


"HWAAAA!!!!!"

Lolli menjerit di dalam kamar dengan keras. Bahkan ia sampai menangis setelahnya. Aku dan Prisma bertepuk tangan dan memeluknya.

"Selamat, Bu Dokter!" pujiku.

"Hewan." Tambah Prisma.

Lolli yang masih menangis tersedu-sedu malah melempar Prisma dengan bantal. Setelahnya aku segera mensearching namaku.

"YA AMPUNNN!!"

Aku kembali menjerit ketika warna hijau terpampang nyata di layar laptop. Aku lantas memeluk Lolli erat.

"Hwaaa!!! Kita sekampus beneran, Mir!!! Hwaa!!! Nggak nyangka lo pinter juga ternyata, Mir!! Hwaaa!!" ucap Lolli sambil menangis haru.

"Lolli doang nih yang dipeluk?"

Aku tak membalas ucapan Prisma. Aku segera melepas pelukan Lolli dan kembali ke layar laptop. Ada rasa resah yang terus muncul di benakku. Aku segera mengetik nama Prisma Mahendra.

Deg.

Aku mendongak menatap Prisma yang berada di sampingku. Ia membuang napas kesal tapi setelahnya tersenyum manis padaku. Aku segera memeluknya erat. Yang gagal Prisma, tapi yang sekarang nangis sesenggukan malah aku.

"Nggak apa-apa, Sayang. Aku di sini nggak bakalan macem-macem kok. Tenang aja." Ucapnya lembut sambil mengusap punggungku bermaksud menenangkan tangisanku.

"Ng-nggak git-gitunya. Aku nggak mau pisah sama kam-kamuuu."

"Mira, kalo lo nangis kayak gini yang ada Prisma malah nggak tenang. Lo harus yakin Prisma di sini bakalan baik-baik aja. Siapa tahu Neneknya Prisma kasih ijin buat Prisma kuliah satu kampus sama kita lewat jalur lain. Kita doa aja yang terbaik buat Prisma."

Punggungku semakin bergetar mendengar nasehat dari Lolli. Aku semakin mengeratkan pelukan.

"Aku usahain bakal lebih rajin di sini, biar kita sama-sama jadi orang sukses. Kan aku udah janji sama kamu. Bakal sukses dulu baru nikahin kamu." Kekehnya pelan. Aku memukul punggungnya pelan. Bisa-bisanya ia bercanda di tengah suasana sedih seperti ini.

Setelah beberapa menit sehubung dengan tangisanku yang sudah mereda, aku melepas pelukan pada Prisma dan mengusap air mata kasar.

"Jangan nangis dong, Sayang. Kalo nangis malah cantik. Jadinya pengen cium."

"Paan sih, Pris!" ucapku cepat karena bisa bahaya kalo Prisma nekat menciumku di depan Lolli. Bisa marah besar dia padaku.

"Ya ampun kalian! Ini tengah malem lo kok pada belum tidur?!" seruan Mama di ambang pintu membuat kami bertiga terkejut.

"Mira sama Prisma awasin ya Lolli. Mentang-mentang udah pacaran nantinya aneh-aneh." Ucap Mama memperingatkan.

"Mama aku lolos buat lanjut kuliah di Jakarta! Lolli juga!" teriakku kemudian dengan mata berbinar.

"Oh ya?! Mama bangga sekali, Sayang!" Mama mendekat dan memelukku erat. Serta memberiku kecupan hangat di pucuk kepalaku.

"Lolli juga?" tanyanya kembali dan aku mengangguk cepat. Kemudian Mama memberikan pelukan pada Lolli. Setelah melepas pelukan itu tatapannya beralih pada Prisma. Prisma tersenyum lebar dan mengucapkan beberapa kalimat yang membuatku ingin menangis seketika juga.

"Aku juga lolos kok Tante. Berhasil diterima di keluarga Pak Dun. Aku udah bersama Mira aja bahagianya minta ampun. Apalagi lihat Mira lebih bahagia dengan cita-citanya? Bahagiaku jauh tak terdefinisikan."

Aku segera memeluk Prisma lagi. Aku benar-benar tak ingin berpisah darinya.

"Aku punya tabungan cukup banyak sebenarnya. Gaji di bengkel lumayan sih selama ini. Besok aku coba ijin sama Nenek dan Tante, siapa tahu boleh satu kampus sama kamu." Aku mendongak dan menemukan Prisma tersenyum tulus ke arahku. Lalu aku melepas pelukanku.

"Janji, ya?"

"Iya. Janji." Prisma melingkarkan jari kelingkingnya di jariku. Lalu tersenyum lembut lagi ke arahku.

"Nah, kan. Prisma ijin dulu. Kamu nggak usah nangis dulu yang digedein. Bukannya kasih semangat malah bikin Prisma kendor."

"Yaudah deh, Mama balik lagi ke kamar. Kalian boleh nginep di sini. Tapi Prisma di sofa aja, ya? Jangan aneh-aneh!" tambahnya lalu melenggang meninggalkan kami bertiga.

"Yang dimaksud sama Mama Mertua aneh-aneh gimana, sih?" tanya Prisma pada Lolli.

"Ya aneh-aneh." Jawab Lolli sendiri bingung harus berucap apa.

"Kaya gini aneh-aneh nggak, sih?"

Mataku membelalak sempurna ketika Prisma mengecup bibirku singkat. Astaga! Ketika ia sudah menjauh, aku melihat Lolli dengan mulut menganganya yang susah untuk dikatupkan.

"Kaliannnn!!!!" serunya sambil menutup matanya menggunakan kedua telapak tangannya.

"Sumpah! Lancang banget kalian ciuman depan gue!! Emakk!! Gue pengen pulang!!!"

Aku dan Prisma tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Lolli. Lolli masih menyumpah serapahiku dan Prisma. Dengan posisi Lolli yang masih menutup mata, Prisma kembali mengecup bibirku sekilas lalu beralih memelukku erat. Aku membalas pelukannya dan tidak berniat beringsur sejengkalpun darinya.





**********


UDAH BENER-BENER TAMAT YA GAISS!!!

Rencana ada sequel. Tapi masih bimbang.

Boleh minta kesan pesannya di cerita ini?

Best Regards,

SeptiVadila

KEJORA |Completed| ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang