"Mira!"
Dag. Dig. Dug. Jantungku berdetak lebih cepat daripada biasanya. Pasalnya aku mengenali suara yang memanggilku. Reddy.
Aku berbalik.
"Ada apa, Sayang?" tanyaku. Bukan nyata tapi dalam hati. Ah, aku memang pecundang. Yang hanya bisa berharap dan jalan di tempat.
"Ada apa, Dy?"
"Lo nanti pulang sekolah sibuk nggak?" tanyanya sambil mengajakku menepi dari koridor.
"Nggak. Emangnya kenapa?"
"Aku mau ajak kamu jalan."
Aku segera menyadarkan pikiranku. Pikiranku suka bertanya dan menjawab sendiri. Halu terlalu lama memang membuatku pilu.
"Gue minta lo nemenin gue buat beli buku persiapan unas nanti. Lo bisa, 'kan?"
"Bisa! Bisa!" jawabku semangat. Namun setelahnya senyumanku yang sebelumnya merekah memudar. Malu karena antusias.
"Ok. Nanti gue temenin ya? Lo tunggu di parkiran." Ucapnya lalu mengusap puncak kepalaku dan berlalu.
Jantungku rasanya beralih ke telapak kaki. Tubuhku serasa di atas awan. Hatiku seperti ada pesta kembang api dadakan yang amat dahsyat.
Tapi lamunanku hilang ketika sebuah tangan memegang hidungku.
"Aaaa!" teriakku kesakitan.
"Ish! Lolli!"
"Sakit tauk!" tambahku.
"Lo suka Reddy?" tanyanya. Aku mengangguk.
"Gue rasa mata lo masih sehat, kan? Kenapa lo nggak lihat batu loncatan lo?"
Aku terdiam tak menanggapi. Aku tak paham dengan apa yang diucapkan oleh Lolli.
"Anak IPA kalau ngomong berat ya bahasanya." Ucapku menyindir karena tak mengerti.
"Gue rasa anak IPS itu jarang belajar hati. Makanya banyak yang patah hati." Balasnya.
Aku tak terima menyebut jurusanku. Aku berada di jurusan IPS 1. Ah, ingin sekali merobek mulut Lolli yang suka ceplas ceplos namun banyak yang tak kumengerti.
"Sebelum nyadarin orang, sadarin dulu diri sendiri. Bicara hati tapi masih sering tersakiti. Ganis yang ke berapa kali?" tanyaku menyindir lalu menjulurkan lidah dan meninggalkannya di koridor.
"Amir!!!!!"
Kali ini aku yang menang. Biasanya setiap bicara dengan Lolli aku selalu kalah telak. Aku jarang mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Lolli. Aku ingin sekali menginstall aplikasi penerjemah khusus kata-kata Lolli. Agar aku mengerti.
Namun tanpa aku sadari, apa yang dibicarakan Lolli selalu aku gabungkan dan mencoba merealisasikan dalam kenyataan. Kecuali satu hal. Masalah hati.
**********
Halu memang perlu. Tapi terlalu halu, hidupmu bakalan pilu.
—JAM
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJORA |Completed| ✔️
Teen Fiction[KEJORA] : |KEtika JOdoh bermuaRA| Ini bukanlah kisah duniaku. Tapi sepenggal cerita tentang hidupku. Ini cerita tentang aku yang tak mau terus-terusan berurusan dengan permainan hati yang terkunci. Aku ingin mencoba membuka hati itu dengan kunci ya...