[07] : |Terima Kasih, Proposal|

918 25 0
                                    

Hari Rabu selalu membuatku gugup. Bukan karena apa, melainkan jam ke 0 diambil untuk pelajaran olahraga. Sehingga membuatku dua kali lipat dari gugup biasanya.

Aku buru-buru turun dari angkot dan berlari kecil memasuki area SMA 1 Pancasila.

"Mir!"

Aku berbalik ketika ada suara seseorang yang memanggilku. Reddy.
Ia mendekat.

"Iya?"

"Sorry, yang gue maksud Amir itu. Tapi lo tunggu di sini dulu."

Aku sangat malu. Aku sungguh ingin mengganti nama panggilanku dengan Jihan atau yang lainnya sekarang juga. Bukan Mira.

Setelah mengucap hal itu, Reddy berbicara berbisik-bisik dengan Amir—ketua takmir di smansapa (SMA N 1 Pancasila).

Tak berselang lama, Reddy kembali menghadapku dan Amir sudah ngacir ke kelasnya.

"Lo Mira, kan?"

"I-iya. Ada apa?" jawabku gugup. Kukira Reddy sudah tahu namaku karena menolongku kemaren. Namun serasa musnah begitu saja harapanku dekat dengannya.

"Lo bisa ngetik cepet nggak?"

"Bisa. Ad-" ucapanku terpotong olehnya.

"Bagus. Gue butuh bantuan lo. File proposal OSIS hilang yang buat event bulan depan. Dan itu lo harus ngetik ulang dan sebagian ada yang dibenahi. Lo bisa sehari langsung beres?"

Aku berpikir panjang. Namun karena ia merasa kesal dan ingin mencari orang lain, aku langsung mengiyakan.

"Sehari beres, 'kan?"

"Iya."

Ia langsung menyeretku dan membawa ke lapangan. Pak Kis sudah di sana untuk memberi materi.

"Permisi. Maaf, Pak. Saya pinjam Mira dulu. Mau buat proposal. Tolong Mira jangan di alfa ya, Pak. Nanti saya mintakan dispen dari pembina OSIS." Ucap Reddy dengan sopan.

Aku tersenyum senang di sampingnya. Lalu tatapanku beralih pada Prisma. Ia terlihat tak bersahabat hari ini.

"Iya. Nggak apa-apa." Jawab Pak Kis pada Reddy.

"Mira, kamu nanti tanya materi ke teman-temanmu, ya?"

"Siap, Pak!" Jawabku penuh semangat.

Reddy langsung menggandeng tanganku dan membawa ke arah ruos. Tadi saat aku melewati Prisma, aku melambaikan tangan semangat pada Prisma. Namun ia hanya melirikku tanpa membalasnya.

Ah, tak usah dipikirkan ada apa dengan Prisma. Yang terpenting sekarang, Reddy ada di sampingku dan menemaniku seharian bersama sebuah proposal.

Terima kasih, proposal.

**********

Aku bukan manusia yang mengalami gangguan mata. Namun aku tak bisa melihat bahwa cintaku buta.

—JAM

KEJORA |Completed| ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang