[10] : |Keluarga|

878 21 0
                                    

Pukul setengah tujuh malam aku dan Prisma baru sampai di rumahku. Berangkat terlambat pulang pun terlambat. Hari ini penuh dengan kegiatan. Harus kerja kelompok inilah, itulah, yang membuat tubuhku serasa remuk.

"Habis jalan-jalan?" tanya Mamaku di teras dengan nada menyindir.

"Sekolah, Mama!" sanggahku dengan cepat.

"Kak Ivan kapan pulangnya? Tiba-tiba aja nongol." Tanyaku pada Kak Ivan—saudara kandungku—yang tengah bermain ponsel di samping Mama.

"Tadi sore." Jawabnya cuek.

"Tante," sapa Prisma yang tiba-tiba di sampingku.

"Belum balik?" tanyaku keheranan.

"Saya disuruh Tante Azma lupa. Keluarga Mira diundang Tante buat acara syukuran di rumah. Pukul delapan nanti."

"Lo emang yang terbaik, Pris! Tau aja gue lagi doyan makan." Ledek Kak Ivan padanya.

Setelahnya Prisma langsung pamit ke rumah. Dan Mama, aku beserta Kakakku masuk ke rumah untuk bersiap ke rumah Prisma.

Tepat pukul delapan malam aku dan Mama sudah berada di rumah Prisma.

"Wah, kamu makin cantik aja Azma." Ucap Mamaku sambil memeluk Tante Azma yang berada di pintu untuk menyambut tamu.

"Mbak Ratih bisa aja."

Mamaku dan Tante Azma terpaut usia  delapan tahun. Tante Azma sejak menikah tujuh tahun lalu belum dikaruniai momongan. Sehingga Prisma yang kehilangan orang tuanya dirawat dan dianggap sebagai anak sendiri.

Aku dan Mama ikut berkumpul dengan Tante Azma di ruang tengah. Sedangkan Kak Ivan ikut dengan Prisma di halaman depan rumah yang sudah didekorasi dengan lampion-lampion indah.

"Mama!"

Teriakan anak kecil yang berumur empat tahunan terdengar nyaring di telingaku.

Aku terlonjak kaget ketika anak tersebut menghambur ke pelukan Tante Azma.

"Aku ngadain syukuran ini karena gadis kecil ini. Kenalin, ini Kak Mira. Temannya Kak Prisma. Dan Mira, kenalin ini Debby. Adik barunya Prisma." Ucap Tante Azma sambil memangku Debby.

"Hai, sayang!" sapaku ramah. Debby terlihat menggemaskan di mataku namun dia masih terlihat malu-malu.

"Ayo ikut Kak Pisma, Ma!" ucap Debby dengan bahasa cadelnya.

"Mira, tolong anter Debby ke Prisma ya?" pinta Mamaku dan aku mengiyakan.

Aku segera menggendong Debby dan keluar mencari Prisma. Setelah kutemukan, dengan senang Prisma menggendongnya dan mengajaknya bercanda.

Aku ikut senang Prisma senang. Namun ada sebagian yang sakit ketika Prisma tersenyum bukan karenaku.

Tapi saat Prisma melihat ke arahku yang duduk berhadapan dengannya, aku mencoba tersenyum dengan lebar. Setidaknya ia bahagia.

**********

Aku salah dalam memelihara perasaan. Karena semua memberikan kenyamanan tanpa kepastian.

JAM

KEJORA |Completed| ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang