{ 02-02: Kembali: Lembar baru menanti. }

146 12 0
                                    

—Anugera itu bagai kutukan, dan ia membeci segala sesuatu yang terkait dengan anugera itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Anugera itu bagai kutukan, dan ia membeci segala sesuatu yang terkait dengan anugera itu.—

----

22 Februari 2020, Seminggu sebelum kecelakaan Arum.

Pagi itu, cuacanya sangat mendung dengan iringan gerimis kecil sebagai pelengkap. Ayuna yang bersandar pada jok mobil, sesekali mendesah mendengarkan celotehan sang nenek yang ikut mengantarnya ke sekolah baru. Padahal Ayuna menyarangkan untuk berangkat sendiri karena takut merepotkan.

Namun, karena si nenek bersih keras ingin mengantar sang cucu di hari pertama sekolah, jadilah Pak Banyu yang tinggal di rumah digantikan sang nenek menyupiri Ayuna. Nek Mila namanya, sosok wanita paruh baya yang sangat menyayangi Ayuna lebih dari apa pun. Dia melirik wajah si cucu yang masih tampak menekuk setelah kalah berdebat tadi pagi.

''Nenek minta maaf karena membuat cucu kesayangan nenek marah. Nenek pingin ngelihat kamu di hari pertama sekolah.''

Nek Mila memasukkan persenelin, lalu menepuk-nepuk punggung tangan Ayuna. Ayuna nggak banyak bicara, ia hanya menggeleng sambil bergumam.

''Yuna nggak marah. Mana mungkin Ayuna bisa marah sama nenek. Yuna cuman nggak mau aja ngerepotin, Nenek. Nenek udah terlalu cape ngurus ini itu.''

''Terima kasih karena sudah mengkhawatirkan nenek. Nenek hanya merasa bersalah sama kamu karena tak punya pilihan selain membawa kamu kembali ke sini. Nenek ada kerjaan yang tak bisa ditinggal, jadi maafin nenek, ya?''

Lagi-lagi Nek Mila menyesal membawa Ayuna kembali ke kota ini. Setelah empat tahun pindah ke luar negeri, akhirnya Ayuna dan Nek Mila kembali lagi ke kota yang sangat Ayuna benci.

''Nggak papa, kok, Nek. Jangan pikirkan Ayuna.''

Kepindahan Ayuna ke sini lantaran sang nenek harus meninjau langsung pembangunan satu cabang perusahaan yang beberapa pekan lagi akan selesai dirampungkan. Sekaligus mengerjakan dua tiga proyek lain dan mengunjungi orang-orang yang bekerja sama dengannya.

Karena memakan banyak waktu, jadilah Nek Mila menyarangkan Ayuna untuk kembali ke bangku sekolah agar sang cucu nggak ketinggalan pelajaran. Sedangkan mencari guru untuk dipanggil ke rumah sangat susah atau lebih tepatnya Nek Mila nggak punya waktu untuk mengurus hal itu. Maka, cara cepatnya adalah menyekolahkan Ayuna ke sekolah asli.

Ia juga menolak melakukan Home Schooling lantaran ingin melihat Ayuna berbaur dan bisa kembali hangat seperti sebelum kejadian empat tahun lalu. Karena selama ini, cucunya nggak pernah betah berada di sekolah yang pada akhirnya membuat Nek Mila memanggil beberapa guru untuk Ayuna belajar di rumah. Ia juga nggak tega meninggalkan Ayuna di sana sendirian sementara beliau sibuk dan menetap di sini untuk waktu yang nggak ditentukan.

Walau di sana sudah ada beberapa pekerja rumah tangga yang akan menjaga Ayuna, tetapi tetap saja Nek Mila nggak tega meninggalkan cucu satu-satunya itu.

Si Penitisan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang