{ 01-27: Lain: Susunan rencana. }

54 5 0
                                    

—Menyerang secara mental benar-benar lebih baik daripada menyerang secara fisik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menyerang secara mental benar-benar lebih baik daripada menyerang secara fisik.—

----

Di gedung restoran cepat saji, salah satu ruang VIP, dua orang perempuan tampak duduk berhadapan. Rambutnya panjang sebahu digerai indah sedikit bergelombang itu adalah Maria. Ia mengenakan atasan putih polos dengan kera berwarna biru senada dengan lingkar tangan wanita itu.

Sedangkan yang mengenakan stelan jas hitam semi cassual satunya adalah penanggung jawab Arum-Andyra, Sarah. Tanpa membuang banyak waktu, Sarah kemudian membicarakan sesi temunya tadi pagi pada Maria.

''Ini masih tahap awal, jadi Nyonya jangan terlalu khawatir.'' Sarah memberi jedah, ia lebih dahulu memperhatikan wanita di depannya lekat. ''saya ingin menunjukkan sesuatu pada, Nyonya.''

''Bagaimana bisa? Bagaimana bisa saya tidak khawatir kalau anak saya selalu mengatakan dan berprilaku aneh.''

Pergerakan Sarah sempat terhenti ketika mendengar ucapan Maria barusan. ''Saya mengerti, kita harus melakukan banyak sesi pemeriksaan untuk mengetahui bagaimana kondisi Nona keseluruhannya. Ah, ya, sejak kapan Nona berprilaku seperti itu?''

''Sejak sadar kembali setelah dinyatakan meninggal.''

''Bagaimana waktu terjadinya?''

''Sangat cepat. Semua terjadi begitu saja.''

Sarah mengangguk, ia melihat tangan Maria bergetar ketika menyembunyikan wajah. Setelahnya, ia pun membuka galeri dan mengirimkan satu video ke ponsel Maria. Maria kemudian melihat video itu seksama. Di sana ia melihat sesi pertemuan Andyra dan Sarah serta semua percakapan yang terjadi pagi tadi.

Di selah-selah menonton, Sarah menjelaskan pergerakan-pergerakan spontan yang ditunjukkan, kondisi mental yang berubah-ubah, cara dia menjawab dan melontarkan pertanyaan, serta perubahan suara yang dihasilkan Arum-Andyra.

Ketika Sarah masih menjelaskan, cuplikan adegan pertengkaran dengan anaknya sebelum kecelakaan berputar di otak Maria. Walau sering kali beradu argumen, tetapi beberapa saat sebelum kecelakaanlah yang paling membekas. Di ingatan itu, Maria menghubungi Arum dan kembali beradu argumen setelah mendapat laporan kalau anaknya bertengkar dan melukai Alenta.

Maria yang pada dasarnya menyayangi keponakannya itu semakin memupuk rasa benci Arum. Arum menganggap kalau Alenta lebih diperhatikan oleh Maria daripada Athala, kakak kandungnya. Seperginya Athala dari rumah pun nggak membuat Maria sedih, malah ketika Alenta yang terluka, Maria menangis sampai-sampai nggak bisa makan. Jadi, itulah mengapa Arum sangat membenci Alenta.

Kemudian Maria menyuruh Pak Jino untuk menjemput Arum, tetapi Arum sudah meninggalkan sekolah lebih dahulu. Sebenarnya pertengkaran Arum dan Alenta nggak dipermasalahkan Maria, yang jadi masalah adalah Arum meminjam mobil Joy dan mengendarainya sendiri. Padahal, ia sama sekali nggak bisa menyetir lantaran memiliki trauma akibat kecelakaan yang dulu pernah ia alami bersama sang ayah. Kecelakaan itu pulalah yang merenggut nyawa Pak Gunawan.

Si Penitisan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang