—Sesuatu terbangun, menari dalam kegelapan dan bersenang-senang, ia merasuk ke dalam tubuh dan membuat mimpi buruk.—
----
Mendung masih menggelayuti langit sore itu, burung-burung berkicau di atas dahan pohon yang bergerak ketika tertiup sepoinya angin. Udara sejuk nggak terelak, membawa kedamaian untuk para pengguna jalan.
Namun, enggak bagi Arum, entah kenapa ia merasa kesal setelah pertemuannya dengan Ayuna beberapa saat lalu, terlebih seragamnya lagi-lagi terkena siraman minuman yang ia pegang, mau nggak mau Arum jadi berganti seragam karenanya.
Walau dua kali bertemu dan berakhir tumpahan, tetapi kali ini Ayuna nggak minta maaf malah memberikan tatapan tajam untuknya. Posisi di sana juga nggak ada yang bisa Arum suruh untuk mengambil seragam semakin memupuk rasa marah gadis itu.
Benar-benar sial.
Mereka nggak banyak berbincang, lebih tepatnya hanya Arum yang melontarkan pertanyaan tentang kenapa anak itu bisa berdiri tepat di pintu ruang latihan. Padahal ia adalah anak seni lukis dan nggak ada alasan ia ke sana, terlebih Miss Lian nggak menerima gangguan dari siapa pun ketika mengajar.
Sedangkan alasan Ayuna ke sana adalah karena ponselnya yang masih di tangan guru killer itu, ia ke sana hanya ingin mengambil ponsel itu karena Miss Lian begitu sulit untuk di temui. Saat pemanggilannya oleh Pak Gandi pun Lian nggak berkata apa-apa dan main pergi gitu aja.
Baru saat ia pulang sekolah, guru itu mendatanginya dan mengatakan hal sebenarnya. Sial, ponsel itu malah tertinggal di rumah memaksa Ayuna datang ke ruang latihan dan melihat semuanya. Omong-omong soal Alenta, Ayuna jadi teringat pertengkarannya di tangga.
Ayuna main nyelonong gitu aja tanpa menjawab pertanyaan Arum. Tentu Arum nggak bisa diem gitu aja sama seperti pertama kali anak itu menabraknya, jadilah Arum menyuruh Ayuna berhenti dan membersihkan seragamnya yang kotor. Ayuna mendesah lelah jadinya.
''Aku nggak punya waktu untuk membersihkan seragammu. Kenapa nggak ambil seragam baru aja seperti yang kamu lakukan dulu,'' balas Ayuna acuh, ia memasukkan satu tangannya ke dalam saku sweater.
''Ya!'' Arum mulai bereaksi. ''lu udah berbuat, berarti lu harus tanggung jawab.''
''Aku nggak punya waktu,'' jawab Ayuna melihat bekas minuman di seragam Arum.
''Gue bilang bersihin, ya, bersihin,'' ulang Arum merendahkan.
Nggak mau mencari ribut, Ayuna pun mengeluarkan tissu dan bersiap untuk membersihkan, tetapi ketika Ayuna mengulurkan tangan dan mendekat ke arah Arum, gadis itu tiba-tiba menepis tangan Ayuna dan berlalu pergi. Ia juga sempat menabrak bahu gadis itu membuat Ayuna kembali membaca rekam kejadian Arum.
Telepon. Kematian. Bunuh diri. Lorong sempit. Menggretak. Kamera ponsel. Situs web. Video. Kecelakaan. Ulang tahun. 29 Februari.
Sedangkan Arum jadi kesal sendiri karena baru kali ini ada siswa selain Alenta yang menentangnya. Ini nggak bisa dibiarin, Arum akan memberi sedikit pelajaran untuk si anak baru. Dan langkah pertama yang akan dilakukan Arum adalah mengirim video pertengkaran Ayuna ke situs rahasia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Penitisan!
Fantasy[ Masuk daftar pendek Watty's 2021 ] ''Percayahkah kalian, jika kukatakan bahwa kematian adalah jawaban yang diberikan oleh Tuhan sebagai tahapan yang pasti dialami semua makhluk hidup. Jika iya, berarti selamat, karena kalian sudah menyadari jika k...