—Satu tusukkan berisi rahasia yang berkilauan dan itu nggak bisa terjadi ketika komponennya nggak lengkap.—
----
Dua jam terhitung, sebagian dari pemburu berita itu sudah pada memilih istirahat sejenak di berbagai area. Hanya ada dua sampai lima orang yang masih betah berdiri menunggu. Andyra, salah satu dari yang berdiri itu memilih untuk mengecek lensa kameranya.
Di leher gadis berusia dua puluh tiga tahun tersebut sudah tergantung buku catatan kecil yang nggak kalah penting. Walau otaknya cukup bagus dalam hal mengingat, tetapi catatan nggak boleh ketinggalan demi mempermudah kerja otaknya.
Nggak berselang lama dari arah belakang, tampak satu orang wanita paruh baya tengah menangis kencang sambil berteriak 'Dasar anak pembunuh' ketika baru saja turun dari sebuah mobil.
Melihat hal itu, Andyra dan pasukan lain langsung mengerubuni wanita tua tersebut. Jika saja para polisi nggak membantunya, sudah dipastikan kalau wanita tua itu sudah jadi bulan-bulanan para wartawan yang sudah menunggu sejak tadi.
Sebelum wanita itu diamankan, Andyra sempat terhuyung akibat dorongan mendadak yang diterima. Kameranya terlepas dan jatuh, untung hanya lensanya yang rusak jadi nggak telalu parah, gantinya Andyra memakai kamera hape untuk merekam itu semua.
Sadar nggak akan berbuah hasil jika begini terus, Andyra kemudian memanfaatkan kenalannya yang bekerja di kantor polisi. Mengingat itu, ia mundur perlahan-lahan dari keberjubelan para pemburu warta, mencari sebuah nama di ponsel lalu menghubunginya ketika sampai di tempat yang cukup untuk bertukar telepon tanpa ada gangguan.
Di dalam sana, Amel yang sudah diamankan digiring oleh dua petugas ke sebuah ruangan kecil tanpa jendela. Hanya ada satu meja persegi panjang dan juga tiga buah kursi. Di dinding sebelah kanan dipasangi kaca lebar memanjang.
Di balik kaca tersebut ada satu ruang kendali yang dipenuhi berbagai monitor yang tersambung ke ruang di mana Amel berada. Amel kemudian di minta duduk ke salah satu kursi dengan kedua tangan terborgol.
Petugas yang menggiringnya keluar digantikan satu orang pria berjaket kulit, perawakan tinggi maskulin dengan tatapan tajam menusuk. Pria itu adalah Kapten Jesen, salah satu penyidik yang bertugas untuk menanyai Amel tentang kasus yang menjeratnya.
Di depan pria berusia tiga puluh tujuh tahun itu sudah ada laptop hitam 14 inch dalam posisi terbuka. Jesen mempertanyakan soal pembunuhan itu, tetapi Amel nyatanya enggan untuk bersuara.
Besoknya Andyra dan Rion berangkat ke kantor polisi tempat di mana Amel di tahan, tetapi sebelum ke sana Rion terlebih dahulu mengomeli Andyra karena nggak melapor padanya sebelum terjun ke lokasi kemarin.
Ia juga mencari gadis itu ke mana-mana, tetapi nggak ketemu. Ternyata Andyra berbicara dengan Jesen salah satu penyidik yang merupakan Om-nya. Tentu pembicaraan mereka nggak terlalu banyak dan Jesen meminta mereka untuk datang ke kantor polisi jika tertarik dengan kasus itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Penitisan!
Fantasy[ Masuk daftar pendek Watty's 2021 ] ''Percayahkah kalian, jika kukatakan bahwa kematian adalah jawaban yang diberikan oleh Tuhan sebagai tahapan yang pasti dialami semua makhluk hidup. Jika iya, berarti selamat, karena kalian sudah menyadari jika k...