{ 02-06: Alenta: Mati dengan sepasang sayap indah. }

102 8 0
                                    

—Dendam yang mengakar, kesedihan mencuat, dan kenangan pahit kembali menguat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Dendam yang mengakar, kesedihan mencuat, dan kenangan pahit kembali menguat.—

----

Setelah melakukan pemanasan selama sepuluh menit, Alenta memperbaiki kuda-kuda kakinya sebelum melakukan Plie—sebuah gerakan dasar dalam balet. Ia tampak bersungguh-sungguh melakukan gerakan membuka kedua punggung kaki hingga membentuk huruf T terbalik yang dilanjutkan dengan menekuk lutut. Bulir keringat sebesar biji kacang polong membasahi tengkuk, meluncur di dahi, sampai ke seluruh tubuh gadis itu.

Alenta berlatih sangat keras hari ini dan itu sudah menjadi makanan hari-harinya selama cuti panjang dari Balet Profesional. Sudah hampir tiga tahun ia istirahat. Di cuti itu, ia hanya menari saja melatih otot-otot, lalu kembali ke Paris dan memulai dari awal. Namun, karena kondisinya masih belum terlalu bagus, mengakibatkan manager Alenta membatasi pergerakannya sampai benar-benar sembuh total.

Cewek cantik nan anggun itu memang dari dulu menyukai Balet, menjadikannya sangat menekuni dunia Balet sejak kecil. Waktu umurnya enam tahun, ia sudah jatuh cinta dengan Balet berkat almarhum ibunya. Ibunya yang memang seorang profesional menjadikan Alenta tertarik ketika menemani sang ibu berlatih, pentas, atau mengajarkan seni gerak itu kepada orang lain. Berangkat dari sana, ia pun memutuskan untuk mengikuti jejak sang ibu.

Ibunya sendiri, Miss Natina adalah penari Balet Profesional yang telah mendapat banyak penghargaan. Ia juga menjadi penari termuda yang memerangkan karakter Odette. Di masa jayanya, Miss Natina selalu menyempatkan menerima tawaran sebagai pelatih tamu ke beberapa instansi. Hingga, setelah di diagnosa suatu penyakit, ia pun memutuskan untuk berhenti dan memilih gantung sepatu.

Alenta sempat mengenyam pendidikan sekolah Balet Klasik selama hampir lima tahun di Paris, Prancis. Sekolah itu adalah pilihan ibunya untuk Alenta meniti awal karir sebagai penari Balet Profesional. Di sana ia benar-benar digembleng dengan segala aturan ketat. Dari jadwal latihan padat, diet, hingga bersaing secara sehat agar menjadi bintang utama pegelaran.

Dengan kerja keras tanpa henti, Alenta melakukan solo pertamanya dengan sukses. Pegelaran itu terbilang besar yang ditontong banyak pasang mata menikmati. Semua itu dilalui Alenta dengan tekun hingga akhirnya membuahkah hasil. Alenta telah memenangkan banyak Kompetisi Internasional dan namanya pun sudah diperhitungkan.

Namun, Alenta memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan mengambil cuti lantaran ibunya sakit keras. Ia ingin merawat ibunya dengan baik dan mendampinginya sebisa mungkin. Tentu keputusan cuti saat karir melonjak memiliki dampak tertentu, tetapi Alenta nggak menghiraukan dan berjanji akan kembali jika ibunya sudah sehat.

Beberapa bulan kemudian ibunya meninggal dan menjadi pukulan terbesar untuk Alenta. Ia jadi kurang bersemangat lantaran nggak ada yang memberi dukungan lagi untuknya. Hingga lambat laun ketika ia sudah mulai bangkit dan ingin kembali, Alenta mengalami satu insiden cukup besar yang berdampak pada karir Baletnya.

Si Penitisan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang