{ 02-08: Potret: Rekam jejak yang nggak pernah hilang. }

90 6 0
                                    

—Pohon Pisang akan selalu tumbuh walau sudah ditebang berkali-kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Pohon Pisang akan selalu tumbuh walau sudah ditebang berkali-kali.—

----

''Selamat pagi menjelang siang, Non. Bagaimana kabarnya hari ini?''

Seperti biasa, Arum nggak menjawab. Ia menatap sekeliling dengan tatapan tajam mengerikan, lalu tertuju pada Pak Harto dari atas sampai bawah. Dalam hati, Arum mengkritik Pak Harto yang selalu seperti Anjing yang menjilat majikan.

Pak Harto menunduk, Arum berlalu melewati pos satpam, parkiran, dan juga lapangan olahraga di mana salah satu temannya sedang latihan di sana.

''Hei, Rum. Gue kira lu masih belum masuk.'' Si cewek basket salah satu teman Arum menghampiri sambil berlari kecil. ''gue ucapin selamat buat lu. Gue tunggu traktirannya hari ini, oke?''

Arum mengangguk, ia membalas dengan senyuman. ''Kumpul di tempat biasa. Jangan lupa kabarin yang lain.''

''Tenang aja kalau soal itu. Serahin semuanya sama gue. Gue balik latihan, ya. Bae-bae lu, jangan sampai kena semprot lagi ma tu guru killer.''

''Kheem, oke.''

Sedang di ruang latihan, Keyko si tukang tidur sekolah memberikan minuman untuk Melani dan Alenta yang tampak berdiri di depan jendela. Nggak lama, seluruh murid pun berdatangan bersama dengan masuknya Lian.

Sebenarnya Arum bukannya terlambat, tetapi ia baru saja masuk kembali setelah mengikuti kompetisi. Di sana ia menempati posisi pertama mengalahkan seluruh sekolah yang ikut serta. Ia memenangkan kompetisi Balet se-Jakarta yang lima bulan ke depan akan tampil di Paris mewakili Indonesia.

Setelah berlatih bertahun-tahun, akhirnya kesempatan emas itu datang juga untuknya. Ia memang nggak sepandai Alenta yang memulai Balet sejak dini, tetapi itu nggak menjadi alasan untuk Arum nggak bisa menyaingi Alenta. Dan itu terbukti nyata ketika tinggal selangkah lagi keinginanya tercapai.

Pada awalnya Arum memang hanya cadangan, bayangan Alenta ketika ia mengurung diri karena kematian si ibu. Tapi itu akan berakhir, karena sebentar lagi Arum akan debut dan nggak lagi sebagai bayang-bayang Alenta.

Melihat Arum kembali dan mengoberol dengan Shella membuat Alenta meremas botol minuman di tangan. Dalam hati ia memaki gadis itu karena telah merebut posisinya. Jika saja Arum nggak pernah mendorong hingga kaki Alenta patah, maka ia yang akan kembali ke tempatnya.

Sayang, kakinya yang nggak bisa terlalu dipaksakan membuat Alenta hanya selalu memperoleh bagian kecil saja, itu pun hasil dari merayu si manager. Pernah Alenta mengikuti perlombaan se-Jakarta sebelum kembali ke Paris, tetapi baru setengah penampilan, kakinya kembali kram berakhir dengan cedera lagi dan itu semua gara-gara Arum.

Alenta ingat, saat itu ia berdebat dengan Arum soal masalah ibunya yang selalu memperhatikan dia. Arum marah dan melampiaskan kejengkelannya terhadap Alenta dengan cara mendorong cewek itu keras sampai akhirnya Alenta berguling di tangga dan jatuh. Kakinya patah dan terpaksa menunda keberangkatannya ke Paris.

Si Penitisan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang