{ 01-31: Dunia: Susah untuk dipahami. }

50 4 0
                                    

—Semua lagi-lagi bersiklus dan kembali ke poros semula walau bercabang-cabang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Semua lagi-lagi bersiklus dan kembali ke poros semula walau bercabang-cabang.—

----

Sepulangnya Andyra, ia disambut oleh Bi Mina dengan wajah tertekan, khawatir. Bi Mina yang masih mondar-mandir di depan pintu itu langsung berlari ke arah mobil yang baru saja sampai. Seturunnya Andyra dari sana, ia langsung diborongi pertanyaan oleh wanita paru baya itu yang saat ini mengenakan daster kuning cerah bermotif pisang. Entah apa motivasi Bi Mina selalu mengenakan pakaian nyentrik, dan itu selalu membuat mata Andyra sakit jika bertemu dengan beliau.

''Nona ke mana saja? Kenapa ponsel Nona susah sekali dihubungi?''

Melihat tingkah Bi Mina yang tampak seperti ingin menangis, Andyra tersenyum hangat. Ia meraih tangan Bi Mina dan menepuknya kemudian.

''Saya nggak papa. Ponsel saya batrainya habis, jadi nggak bisa ngasih kabar. Bibi nggak usah khawatir, buktinya saya pulang selamat 'kan?''

''Tapi tetap saja, Non. Bagaimana kalau Nyonya tadi pulang dan nggak ngelihat Nona di rumah? Bisa-bisa Nyonya pingsan lagi.''

Andyra melepas tangan Bibi itu, kemudian ia berputar setelahnya. Andyra lagi-lagi meyakinkan Bi Mina kalau dia sudah baik-baik saja.

''Intinya sekarang adalah saya pulang sebelum mama datang. Kalau begitu saya masuk duluan, pengen istirahat.''

''Biar saya yang bawain tas Nona.''

Andyra menggeleng. ''Biar saya saja, Bibi siapin kopi aja di kamar saya, oke?''

''Kopi?'' Bi Mina mengernyit, tetapi segera mengangguk mengikuti perintah seberlalunya Andyra.

Di kamar, setelah selesai bersih-bersih, Andyra mendudukkan pantatnya di kursi meja belajar Arum. Masih menggosokkan rambut menggunakan handuk, ia kembali memikirkan tentang apa yang sebenarnya dialami Arum sebelum kecelakaan. Pesan atau telepon apa yang membuatnya begitu nekat berkendara sendiri. Terlebih siapa pria tadi dan kenapa ia merasa sangat akrab dengannya?

Sial, Andyra kembali memikirkan laki-laki tampan itu.

Nggak mau memikirkan soal pria tadi, Andyra kemudian membuka laptop milik Arum. Beruntung laptop itu nggak memiliki sandi sehingga memudahkan Andyra untuk membukanya. Andyra kemudian mencari artikel tentang kecelakaan tersebut, tetapi sayangnya semua berita tentang itu seolah nggak pernah ada sebelumnya.

''Kamu sudah memeriksa tempat kecelakaan itu?''

''Astaga!''

Andyra tersentak, saking gaketnya sampai-sampai kursi bergeser ke belakang sebelum jatuh karena langsung berdiri. Masih memegang dada, ia kemudian berbalik ke arah suara yang muncul barusan di kuping kirinya. Nggak ada apa-apa di sana, lagi-lagi Andyra meringis kesal.

Si Penitisan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang