—Beberapa orang nggak akan mudah memaafkan ketika hal yang dianggap penting baginya diambil. —
----
Setelahnya Ayuna kembali melenggang pergi tanpa meminta maaf atas ucapannya yang lancang serta kepada siswa yang ia tabrak sampai terhuyung ke lantai.
Orang yang ditabrak berteriak, ''Dasar sialan. Woy, mau ke mana?''
Gadis itu meringis sembari membersihkan remahan kerupuk di seragamnya. ''Lihat aja besok, gue bakal beri dia pelajaran.''
Sial memang karena Ayuna nggak memperdulikannya. Dan Ayuna memilih bolos sekolah hari itu.
Ayuna memperbaiki roknya setelah berhasil melompati pagar setinggi dua meter. Untungnya juga ia membawa satu hoodie cadangan dengan celana olahraga di tas.
Jadilah ia mengkombinasikan celana dengan rok, walau perpaduannya bikin sakit mata, tetapi itu berhasil mempermudah Ayuna memanjat pagar samping sekolah tepat di belakang gedung ke dua.
Kemudian Ayuna pun mengganti hoodie-nya dengan yang baru. Ia menarik napas panjang dan berat, menyembunyikan si rambut yang masih putih dengan memakai topi yang di balut tudung. Nggak lupa masker untuk menutupi sang wajah dan tentu saja melakukan ritual pembersih tangan.
Jujur, efek dari setiap melakukan itu, kulit tangan Ayuna menjadi tipis dan mudah berdarah. Telapak tangan kanannya juga terdapat plaster karena luka akibat mematahkan bolpoin. Sungguh, telapak tangan Ayuna agak sedikit memerah di banding permukaan kulit orang biasa.
Sisa-sisa tepung bertebaran ketika ia kembali menepuk pakaiannya.
Sial memang, sepertinya Ayuna ditakdirkan memiliki nasib kurang baik hari ini karena nggak tahu di mana ia meninggalkan ponselnya. Ia terlalu buru-buru sampai nggak sadar kalau benda pipih itu tertinggal di suatu tempat.
Kembali, Ayuna merutuk diri karena kebodohannya. Nggak ada pilihan lain, terpaksa ia melangkah saja menjauh dari sekolah atau apa pun yang terkait dengan itu. Ayuna juga menolak kembali ke sana untuk mencari si ponsel.
Ketika nggak punya tujuan jelas, satu yang terlintas di benak Ayuna adalah mengisi perut lebih dulu berhubung ia belum sempat sarapan pagi. Ia juga nggak bisa pulang ke rumah karena ini masih jam sekolah. Ayuna nggak mau kalau neneknya sampai cemas dan sedih kalau tahu ia bolos.
Inilah salah satu alasan kenapa Ayuna nggak pernah betah di lingkup sekolah. Menjadikan Home Schooling sebagai pilihan selama ini, tersebab orang-orang nggak peduli baru kenal atau sudah lama, pasti akan selalu memandangnya aneh. Jadi kembali ke kota ini sama saja Ayuna berada di neraka.
Denting bel di pintu masuk menyambut kedatangan Ayuna. Setelah berjalan beberapa menit, ia akhirnya menjatuhkan pilihan di cafe ini untuk mengisi perut. Tempatnya nggak luas, tetapi nyaman dengan desain semi formal. Cocoklah untuk Ayuna berdiam diri sejenak sambil melepaskan penat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Penitisan!
Fantasy[ Masuk daftar pendek Watty's 2021 ] ''Percayahkah kalian, jika kukatakan bahwa kematian adalah jawaban yang diberikan oleh Tuhan sebagai tahapan yang pasti dialami semua makhluk hidup. Jika iya, berarti selamat, karena kalian sudah menyadari jika k...