{ 02-18: Salah: Satu perkara dengan dua sudut pandang berbeda. }

37 5 0
                                    

—Sekali pun buruk, jika itu bisa melindungi diri sendiri maka lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Sekali pun buruk, jika itu bisa melindungi diri sendiri maka lakukan. Cara bertahan nomor empat.—

----

Omong-omong soal 'Mereka', mata Ayuna tiba-tiba di silaukan oleh bayangan yang bergerak cepat menghampirinya. Sial, Ayuna bergumam kesal mendapati sosok itu adalah gadis di koridor kemarin.

Arum memohon tanpa sadar pada hantu tersebut. ''Tolong jangan ganggu aku. Aku beneran nggak tahu harus bantu kamu dari mana.''

Si hantu hanya diam menatap Ayuna lekat. Tatapannya masih sama: memelas memohon belas kasih Ayuna agar membantunya. Dan masih seperti pertama kali bertemu, Ayuna tetap bersih keras kalau ia nggak dapat membantu.

''Aku bersumpah nggak tahu caranya bagaimana. Sudah kukatakan berapa kali kalau aku nggak bisa bantu kamu.''

Benar-benar Ayuna akan dikatai gila sungguhan jika ada orang lain yang melihatnya kini sedang berbicara sendiri. Dan benar, di belakang sudah ada satu orang yang menyaksikan Ayuna bermonolog.

''Kamu?''

Itu Lian, wali kelas XII A sekaligus guru balet. Kedatangannya ke sini lantaran mendapat laporan kalau ada beberapa siswinya sedang merokok. Namun, bukannya para siswi di kelas Lian, malah Ayuna yang tertangkap basah.

Cepat Ayuna berbalik sambil menyembunyikan rokok itu di belakang punggung. Ayuna mendecih, ia benar-benar nggak menyangka jika ada guru yang datang ke tempat ini. Dasar Sania kampret. Ayuna menyalahkan gadis itu lantaran mengatakan kalau di atap cukup aman dari jangkauan para guru. Namun, lihatlah sekarang. Ayuna ketahuan oleh guru killer tersebut.

''Ngapain kamu di sini?'' tanya Lian sekali lagi.

"Eng ...." Ayuna berusaha memikirkan sebuah alasan yang pas untuk diutarakan pada guru tersebut.

"Eng?" Lian mengulang ucapan Ayuna.

Ayuna nggak tahu harus mengatakan apa. Sedang guru itu menatap Ayuna lekat sembari menunggu alasan apa yang akan dipakai gadis itu untuk lolos dari dirinya. Benar, selama menjadi guru, sebanyak itu pula ia mendengar berbagai alasan yang dilontarkan para murid yang bermasalah padanya agar bisa diberi keringanan.

''Sial, sial, sial!''

Ayuna kembali mengumpat dalam hati, ia nggak bisa berkutik dan pasrah saja jika Lian akan menghukumnya nanti. Ayuna menelan ludah menyaksikan tatapan tajam seperti akan membunuh Lian padanya, ia benar-benar nggak mengira kalau guru itu akan datang ke tempat ini juga dan memergokinya.

"Masih nggak mau jawab? Apa itu di belakang kamu? Ayo keluarkan!"

''Nggak ada apa-apa, Miss.'' Ayuna mengelak.

''Kamu nggak dengar? Saya menyuruhmu untuk mengeluarkan itu, Ayuna!'' suruhnya lagi ketika peringatan pertama nggak di dengarkan Ayuna.

''Beneran nggak ada apa-apa, Miss.''

Si Penitisan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang