{ 02-48: Luka Lama: Alasan untuk balas dendam. }

30 4 0
                                    

—Sebuah janji bisa saja menjadi bom waktu, jadi berhati-hatilah dalam menggunakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Sebuah janji bisa saja menjadi bom waktu, jadi berhati-hatilah dalam menggunakannya.—

----

Ah, omong-omong soal beliau, Ayuna pernah bertemu satu kali ketika neneknya mengajak Ayuna untuk makan malam di luar. Kebetulan atau enggak, ternyata Miss Nana yang mengelolah tempat itu. Dan sialnya, neneknya menjadi investor. Jadilah Ayuna mengoberol dengan si mantan guru dan sedikit membahas tentang kebakaran tersebut. Oleh karena itu, beberapa hari setelahnya, Ayuna pun memutuskan untuk mengunjungi SMP-nya lagi setelah sekian lama kabur.

Ketika datang berkunjung itulah ia nggak sengaja melihat Alenta yang entah kenapa bisa berada di situ juga. Beruntung, Alenta nggak sempat melihat Ayuna, dan Ayuna langsung kabur begitu saja seperti pengecut.

Angin bertiup membawa udara panas sore itu. Di UKS, Ayuna masih terbaring sambil memejamkan kelopak mata. Satu tangannya diletakkan di atas dahi. Tangan lainnya sibuk mengepal kuat. Sania sudah meninggalkannya beberapa detik lalu, itupun terpaksa karena Ayuna menyuruhnya, terlebih hari ini Sania juga masih ada latihan. Sebelum pergi, Sania sempat berpesan untuk Ayuna nggak boleh ke mana-mana sampai Pak Banyu, si supir datang menjemput.

Namun, bukan Ayuna namanya kalau ia mendengarkan wanti-wanti orang padanya. Entah kenapa ia jadi khawatir, padahal ia bukanlah orang yang mudah peduli terhadap sekitar. Walau begitu, Alenta menjadi bagian penting dari masa lalu yang Ayuna ingin lupakan, membuat Ayuna ingin menemui Alenta untuk menyelesaikan semuanya. Setelah perkelahian di tangga dan gangguan Maya, Ayuna merasa sangat tertekan. Semua itu mungkin akan hilang jika Ayuna bertemu dengan Alenta dan membicarakan semuanya.

Berkat tindakkan bodohnya itu pulalah akhirnya menimbulkan kecelakaan. Ayuna berjanji akan mengunjungi dan mencari orang-orang itu dan meminta maaf. Neneknya juga nggak mengatakan apa-apa yang kemudian diperparah karena Ayuna sama sekali nggak bisa mengingat tentang kejadian itu.

Baru tadi saat Maya mengganggunya, ia jadi teringat lagi. Omong-omong soal Maya, Ayuna sudah berjanji untuk membantu gadis hantu itu hitung-hitung sebagai balas budi karena membantunya mengingat, ia juga ingin minta maaf karena menuduh Maya tanpa bukti.

Langkah awal dari itu semua adalah menemui Alenta, tetapi gadis itu sudah nggak ada di kelas. Baguslah, pikirnya. Jadi ia nggak perlu repot mencari gadis itu. Namun, lagi-lagi isi otak nggak sejalan dengan nurani. Jadilah Ayuna pergi begitu saja menemui Alenta di mana pun ia berada.

Sebenarnya Ayuna nggak tahu harus mencari ke mana, tetapi Tuhan mungkin nggak mau melihat Ayuna kesusahan. Jadilah ketika Ayuna ingin pulang ke rumah saja, di jalan setelah berbelok, ia nggak sengaja melihat Alenta berjalan sambil terus menekan kepalanya yang berdarah menggunakan tissu. Langkahnya hati-hati karena menggunakan tongkat. Ia juga nggak melihat Melani dan juga Keyko.

Lagi, Ayuna berdebat dengan diri sendiri apakah menghampiri gadis itu atau membiarkannya pergi. Pada akhirnya pilihan yang tepat adalah memperhatikan situasi dulu lalu mengikuti ke mana Alenta pergi hari itu secara diam-diam.

Si Penitisan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang