{ 02-34: Arah: Dua anak panah yang saling membidik. }

32 5 0
                                    

—Mundur demi melesat jauh menggapai sasaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Mundur demi melesat jauh menggapai sasaran. Beberapa orang butuh waktu lama untuk menyadari sesuatu, selebihnya butuh waktu lama untuk mengakuinya.—

----

Bersamaan dengan tepukan di pundak, suara Melani menguar mengagetkan Alenta yang masih terjebak pada ingatan tentang Ayuna kemarin.

''Ah!'' Alenta menggeleng. ''nggak papa.''

Cepat ia mengusir ingatan Ayuna dan segala tentang gadis menyebalkan itu. Melani terduduk di samping Alenta setelah meletakkan tasnya di loker.

''Yakin?'' tanyanya sekali lagi.

''Khe'em. Gue nggak papa, kok.''

Melani diam, ia menatap Alenta dengan tatapan khawatir. Alenta jadi nggak enak sendiri dibuatnya.

''Gue nggak papa, kok, serius. Jangan ngasih gue tatapan menyedihkan kek gitu. Lu tau, 'kan gue nggak suka dikasihani.''

Melani menarik napas panjang, ia kemudian menepuk pahanya dua kali sebelum mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. Posisi Melani masih mengenakan pakaian utuh dan belum mengganti seragam, sedangkan Keyko masih ada di bawah katanya.

''Ini.'' Melani menyerahkan sebuah Boneka Squishy berbetuk Sapi. ''lu bisa gunain ini kalau lagi kesel atau apa pun. Boneka ini berguna banget setiap kali gue stress atau marah.''

Alenta nggak langsung meraih pemberian itu, lama ia menatapnya sebelum menyunggingkan seulas senyuman.

''Makasih, padahal gue bisa atasin ini semua, kok,'' tuturnya, kemudian meraih boneka itu dan meremasnya kuat. Ketika diremas, boneka itu mengeluarkan suara 'Jangan sedih'.

''Soal kemarin, gue minta maaf. Nggak seharusnya gue marah apalagi berantem sama Yuna. Jujur gue kesel pas denger cerita lu tentang dia. Dan terror kemarin malah bikin gue nggak bisa nahan emosi. Jadi gue—''

''Bukan salah lu, bukan salah Keyko juga. Gue yang harusnya minta maaf karena nggak pernah ngebela kalian kalau lagi berurusan sama dia. Gue juga masih kesel dan nggak bisa maafin dia, tapi mau gimana lagi.''

''Ya udah. Mulai sekarang gue nggak bakal cari gara-gara sama dia dan nganggep semua nggak pernah terjadi. Yang penting sekarang adalah gue nggak akan tinggalin lu sama Keyko apa pun alasannya.''

Entah kenapa pembicaraan mereka berdua sedikit emosional, terlebih saat Melani melihat perdebatan Ayuna dan Alenta di tangga kemarin yang ditambah hari ini ia menyaksikan kaki kiri Alenta yang dibalut gips. Nggak mau terlalu larut, mereka berdua saling membalas senyuman dan Keyko pun datang pada akhirnya.

''Yuk buru. Bentar lagi latihan. Jangan sampai tel—'' Merasa ada yang aneh dengan suasana sekitar membuat Keyko mengernyitkan dahi menatap bergantian dua sahabatnya itu penuh tanda tanya. ''apa gue kelewatan sesuatu? Ha!''

Si Penitisan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang