—Jadi, jika berkenalan adalah hal yang bisa membuat Arum akhirnya ingat pada Ezra, ia bersedia memperkenalkan dirinya lebih banyak lagi dalam sehari. Nggak masalah.—
----
Shella sendiri sudah mengenal Arum sejak masih duduk di bangku dasar bersama Joy. Namun, ketiganya nggak terlalu akrab karena kelas mereka terpisah dan jarang ada momen bertemu. Sekalinya bertemu, itu hanya di acara-acara sekolah, itu pun nggak terlalu tahu.
Lalu, mereka bertiga mulai dekat dan bersahabat baik seperti sekarang ketika di pertemukan lagi di acara Masa Orientasi Siswa saat menempuh Sekolah Menengah Atas. Entah apa yang terjadi, tetapi ada satu momen yang akhirnya membuat mereka bertiga jadi dekat seperti sekarang. Ah, ya, walau tomboy, ia sering menangis ketika teman-temannya menjahili si beruang kutub ini.
''Jangan nyalahin diri sendiri mulu. Entar make-up lu luntur lagi. Lu, 'kan paling takut bedaknya ilang.''
Joy menyipitkan mata. ''Sialan lu, tapi gue masih nggak ngerti kenapa waktu itu gue bego banget dan langsung ngasih dia mobil gitu aja. Gue benar-bener nggak berguna. Gue ngerasa bodoh banget sebagai sahabat.''
Joy menyesali perbuatan bodohnya dulu. Ia benar-benar nggak bisa memafkan dirinya jika saja Arum nggak selamat.
''Lu nggak sepenuhnya salah, kok. Di sini kita semua yang salah karena ngebiarin Arum pergi waktu itu.''
''Udalah, semua udah berlalu. Yang terpenting sekarang adalah kesembuhan Arum.''
Yang barusan berbicara itu namanya Yeri, sosok gadis paling kecil di antara ketiga gadis-gadis itu. Namun, dia orang yang paling nyelekit kalau berbicara. Pembawannya gabungan antara dewasa menyenangkan dan anak-anak menjengkelkan. Semacam orang labil baru diputusin pacar. Dua sisi yang nggak bisa dipisahan. Kadang-kadang sebagai pencerah, terkadang juga bisa menjadi bom atom yang meledak-ledak, dan itu bikin sakit kepala.
Terakhir, si tukang nyimak yang berdiri paling belakang sana namanya Faqih. Dia adalah anaknya dokter Jihan. Laki-laki berwajah dingin, tetapi berotak encer. Ekpresinya yang datar membuat semua orang mudah salah paham, padahal sebenarnya ia adalah sosok ramah dan baik, hanya saja Faqih nggak bisa mengespresikan perasaanya secara bijak.
Ezra sendiri dikenal sebagai sosok keren oleh orang-orang. Dia ramah, lucu, dan suka becanda. Keberadaanya menjadi mood boster tersendiri. Dia pendengar yang baik dan jadi tempat curhat, serta ikut membantu memberikan solusi. Ibaratnya, Ezra ini pemersatu semua teman-temannya agar jadi makin dekat satu sama lain.
Ezra sudah dari tadi asik melamun memperhatikan Arum di sudut ruang itu, ia masih nggak bergerak, matanya awas menangkap hal-hal aneh yang dilakukan oleh bidadarinya. Entahlah, padahal selama ini Arum nggak pernah memiliki riwayat alergi terhadap kucing atau apa pun kecuali sangat membenci ruangan gelap dan tertutup, apa yang sebenarnya terjadi? Alisnya mengernyit bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Penitisan!
Fantasy[ Masuk daftar pendek Watty's 2021 ] ''Percayahkah kalian, jika kukatakan bahwa kematian adalah jawaban yang diberikan oleh Tuhan sebagai tahapan yang pasti dialami semua makhluk hidup. Jika iya, berarti selamat, karena kalian sudah menyadari jika k...