{ 05-88: Still Alive: Pada suatu hari. }

14 3 0
                                    

—Rasa sayang yang besar terkadang bisa berubah menjadi racun mematikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Rasa sayang yang besar terkadang bisa berubah menjadi racun mematikan. Nggak apa-apa, semua orang pernah terjatuh ke lubang yang sama. Dan jika jatuh sepuluh kali, maka bangkit sebelas kali.—

----

Sedang Athala kembali ke dalam kamar sambil menangis, lima menit kemudian dia pergi dan setelahnya menjadi jarang terlihat di rumah. Athala yang cape kian mumet sehingga pikiran-pikiran buruk merasuk di hati gadis itu.

Andyra mencocokkan ingatan Arum dengan apa yang pernah dikatakan Athala padanya prihal kenapa ia memutuskan untuk bunuh diri.

''Apa pun yang kamu sudah ingat, tolong katakan padaku.''

''Aku hanya ingat beberapa hal.''

''Apa?''

''Hari di mana aku ingin bunuh diri, aku bertemu dengan kamu di jembatan itu. Aku merasa semakin menyakiti seseorang, semakin aku nggak berdaya. Waktu itu, hidupku sangat baik. Aku punya keluarga bahagia. Ayah, Mama, dan Arum sangat menyayangiku. Aku punya teman-teman yang baik.''

Teman-teman, Athala nggak punya teman yang mengartikan ia jelas-jelas berbohong.

''Aku juga punya kakek yang perhatian dan bisa bersekolah di tempat favorit. Semua yang aku inginkan terkabul, jadi aku nggak tahu kenapa aku bunuh diri.

... Maafkan aku, Ma. Athala terpaksa melakukan ini lantaran Athala udah capek dengan semuanya. Jika Mama mati, hidup Athala akan lebih baik ...

Soal itu aku nggak ingat, aku hanya ingat bagaimana perasaanku saat melompat ke sungai itu ... hangat ... seperti berada di pelukan Mama ...

Maafkan kakak, Dek. Kakak nggak tahu kalau kepergian kakak semakin memperburuk keadaan. Kakak menyesal.''

Dengan satu kali tarikan napas, Athala membuang kue itu ke dalam sungai yang dalamnya nggak pernah terkira. Lagi-lagi membuat otaknya mencetuskan pemikiran tentang bagaimana jika sungai itu sudah menelan jiwa-jiwa malang seperti dirinya? Nggak mau berlama-lama, Athala berdiri dengan sigap ke atas pegangan jembatan.

Sebelum benar-benar melompat, ia mengucapkan kalimat untuk terkahir kali, sebuah kalimat tentang kematiannya nanti menjadi kado terindah yang pernah ada. Merentangkan tangan, Athala kemudian melompat setelah meminta maaf kepada semuanya termasuk ke Maria karena pernah mencoba membunuh sang mama

''Ma, maafkan Athala, Ma. Maafkan Atha yang banyak salah ini. Atha sayang sama mama, mama baik-baik saja di sana. Selama tinggal.''

Byur ...

Di dalam sana, tubuh Athala benar-benar di telan perlahan-lahan. Menghilang sebagaimana yang diinginkannya selama ini. Mengakhiri penderitaan yang dipikul serta beban yang terpanggul. Ujung dari kenestapaan. Benar, semua sudah berakhir sebagaimana terhentinya napas Athala yang memilih mati sebagai tujuan akhir.

Si Penitisan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang