{ 05-84: Abnormalitas: Seperti apa orang normal itu? }

13 4 0
                                    

—Dia yang terlihat abnormal, bukan berarti yang normal sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Dia yang terlihat abnormal, bukan berarti yang normal sempurna.—

----

Sebelum mengambil tempat yang sudah dipersilakan, Bu Sri lebih dahulu menengok ke arah Ayuna yang saat itu juga hadir di persidangan. Di sebelahnya ada Sania dan juga Bu Yuli. Semua orang sudah nggak sabar atas putusan akhir sidang itu. Hakim pun menyuruh Jaksa Penuntut, Tio Darmawan untuk memeriksa silang.

''Bu Sri, Apakah benar jika Anda divonis Gangguan Spektrum Autisme saat berumur 2,5 tahun?''

''Ya, benar.''

''Apa Anda paham mengenai gangguan yang Anda alami?''

''Ya, Sri tahu apa itu Autis.''

''Kalau begitu coba jelaskan menurut Anda tentang gangguan itu.''

Bu Sri mengangguk, ia menjawab lugas. ''Orang-orang seperti Sri mengalami kecacatan mental yang kronis.''

''Selain itu?''

''Autisme juga adalah gangguan fungsi otak dan saraf secara kompleks yang mencangkup segala gangguan seperti berinteraksi, gangguan bahasa, dan gangguan keterampilan berkomunikasi. Orang seperti Sri cenderung kesulitan untuk menuangkan pikiran dan mengekspresikannya.

Kami juga kesulitan untuk memahami emosi serta apa yang dipikirkan orang lain. Kami lebih sensitif dari apa pun sehingga mudah terganggu. Kami juga melakukan hal yang sama berulang-ulang. Kami memiliki ketertarikan yang sempit dan obsesif. Itu menurut buku yang sering Sri baca di rumah bareng Mbak Yuli.''

Mendengar penyataan Bu Sri, Jaksa Tio kemudian mengambil beberapa gambar berbagai bahasa tubuh dengan emosinya. Jaksa Tio pun memperlihatkan gambar pertama pada Bu Sri, gambar dua orang yang sama dengan ekpresi berbeda.

''Apa Anda bisa menjelaskan letak perbedaan gambar ini?''

''Gambar pertama orang itu berbohong, sedangkan yang kedua berkata jujur.''

''Bisa jelaskan kenapa Anda berpikiran begitu?''

''Gampang. Pada gambar pertama orang mengaktifkan imajinasinya dengan melihat ke kanan atas. Dia jelas berbohong karena mengandalkan imajinasi dengan mengaktifkan memori kiri. Sedangkan yang satunya dia mencoba mengingat apa yang telah dilakukan dengan melihat ke kiri bawah.''

Jaksa kemudian mengambil gambar ke dua untuk diujikan. Sebuah gambar yang memperlihatkan dua ekpresi berbeda pada satu orang yang sama-sama tersenyum.

''Keduanya tersenyum karena mulutnya melengkung naik, tapi pada gambar pertama, dia hanya berpura-pura.''

''Kenapa? Bisa Anda jelaskan lebih rinci?''

''Orang yang benar-benar tersenyum, pupil matanya akan membesar karena tertarik. Dia terlihat fokus karena duduk dengan posisi tegak, serta kerutan di sekitar mata juga ikut terkulai. Sedangkan orang yang hanya berpura-pura, matanya tak akan ikut tersenyum bersama bibir, pupilnya juga tak berubah. Lalu posisi duduk gambar kedua tampak membungkuk ke dapan, itu artinya ia merasa bosan dan tak peduli dengan sekitar.''

Si Penitisan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang