—Bukankah hidup cuman sekali? Semua pasti akan kembali.—
----
Setelah melakukan pemeriksaan dan sekeluarnya Jihan, ia berjalan melewati lorong rumah sakit. Jihan baru saja mengambil ponsel di saku dan tampak menghubungi seseorang. Kedua suster pun mengikuti Jihan dari belakang. Di telepon itu dengan tenang, Jihan menjelaskan kondisi Arum-Andyra kepada Maria.
Hingga kemudian telepon itu terhenti ketika Jihan mendapati lima orang siswa sedang berjalan ke arahnya. Wajah ke lima orang itu masih dengan ekspresi sama. Dari ke lima orang itu, perhatian Jihan tertuju pada siswa laki-laki berkacamata. Sesaat, ketika pandangan mereka bertemu, Jihan menghela napas berat dan panjang.
''Bagaimana Arum, Ma? Kudengar hari ini dia bisa pulang?'' Si kacamata berujar, Jihan mengangguk.
''Kuharap kalian tak membuat Arum tambah bingung. Kudengar kali pertama kalian menemuinya, kalian membuatnya tak nyaman.'' Jihan kemudian mengalihkan pandangan ke pada siswi laki-laki lain yang saat ini menggendong seekor hewan berbulu. ''terutama kamu Ezra. Tante memperingatimu.''
Orang yang di maksud hanya mengulum senyum. ''Janji Ezra adalah janji seorang pelaut. Tante bisa pegang kata-kata aku.''
''Kalau Ezra bertingkah aneh lagi, biar Shella yang ngasih pelajaran ke dia. Tante nggak usah khawatir, kami akan jagain Arum sebaik mungkin.'' Shella menyikut kedua gadis di sampingnya bersamaan. ''ya, 'kan, Joy, Yer?''
''Ya, tante tenang aja.''
''Kami nggak akan ngulangin kesalahan kami lagi.''
Mendengar ucapan ke lima remaja itu, Jihan mulai agak luluh dan menyuruh Mutia untuk mengantar anak-anak itu ke ruangan Arum. Namun, sebelum benar-benar pergi, ia meminta anaknya untuk mampir ke kantor lebih dahulu untuk mengambil ponselnya yang tertinggal.
Sedangkan di ruang perawatan, Andyra masih tampak uring-uringan karena pemeriksaan nggak mendasar tadi. Bagaimana bisa mereka semua melakukan itu padanya. Jelas-jelas ia adalah Andyra dan bukan Arum. Andyra bukanlah Arum, dan gadis itu tahu walau masih di bayangi pertanyaan mengenai bagaimana bisa ia bersemayam di tubuh gadis bernama Arum ini.
Entah sampai kapan, tetapi cepat atau lambat, Andyra akan memastikan itu semua, lihat saja dan tunggu! Setidaknya, itu kalimat penyemangat ketika ia mulai menemui jurang keputusasaan lagi.
Sekali lagi, Andyra bergumam, ''Jadi begini rasanya terbangun dari kematian dengan tubuh baru?'' Tangannya meremas, Andyra menghela napas sejenak. ''tapi apa pun itu, saya akan mengembalikan ini semua.''
Kemudian ia kembali merenung, memikirkan segala kemungkinan terbesar jika seandainya ia memang adalah Arum. Enggak, ia mengeleng dan cepat-cepat mengosongkan otak. Sejujurnya, ia cukup muak dengan keadaan ini, sebuah keadaan di mana dirinya bisa terjebak di tubuh Arum tanpa tahu kenapa dan bagaimana. Lalu, tentang mimpi itu apa maksudnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Penitisan!
Fantasy[ Masuk daftar pendek Watty's 2021 ] ''Percayahkah kalian, jika kukatakan bahwa kematian adalah jawaban yang diberikan oleh Tuhan sebagai tahapan yang pasti dialami semua makhluk hidup. Jika iya, berarti selamat, karena kalian sudah menyadari jika k...