{ 01-47: Mengapa?: Andai bisa membaca pikiran. }

31 6 0
                                    

—Enggak ada gunanya membuang-buang waktu, kesalahan itu sudah terjadi sejak dulu sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Enggak ada gunanya membuang-buang waktu, kesalahan itu sudah terjadi sejak dulu sekali.—

----

12 April 2020.

Tangan Andyra bergerak perlahan, menyisir rambut sembari menatap pantulan dirinya pada cermin. Wajahnya sama sekali nggak menunjukkan minat untuk memulai hari. Andyra seolah-olah kehilangan gairah hidupnya akibat kemarin. Sebelum beranjak, ia lebih dulu melirik kotak musik milik Arum yang sampai saat ini belum menarik minat untuk dimainkan. Lagi pula, ia terlalu malas hari ini akibat kemarin. Bahkan surat untuknya pun masih belum terjamah, tersimpan di atas tumpukan buku di samping si kotak musik.

Ya, sepulangnya Maria, dia langsung masuk ke dalam kamar tanpa menghiraukan Andyra yang menunggunya di ruang tamu hingga ketiduran. Ia baru terbangun ketika Maria sudah masuk ke dalam kamar, itu pun ia dibangunkan oleh Bi Mina yang nggak berhenti mewanti-wanti dirinya untuk masuk saja.

Mendapat jawaban, ia langsung mengetuk-ngetuk kamar mamanya untuk memastikan bagaimana keadaan serta kenapa wanita itu susah sekali untuk dihubungi. Namun, sekeras apa pun ia berusaha, Maria tetap nggak membuka pintu. Barang kali ia tertidur karena kelelahan, pikir Andyra akhirnya.

Dituntun Bi Mina, Andyra menyerah dan masuk ke dalam kamar dengan wajah menekuk, bukan sedih, lebih ke rasa khawatir. Setelah Andyra membaringkan tubuh di kasur, Bi Mina menyelimuti gadis itu. Benar-benar memperlakukan Andyra dengan sangat baik serta memenuhi semua kebutuhan dia.

Saking perhatiannya, Andyra merasa jika Bi Mina lebih baik daripada Maria. Walau hanya pembantu, kasi sayang Bi Mina tampak sangat besar daripada mamanya sendiri. Hal tersebut membuat Andyra nggak habis pikir. Hal tersebut pulalah tercetus pemikiran tentang apakah sikap Maria memang selalu sedingin itu?

Tentu Maria memperlakukan Andyra dengan baik, tetapi ada kalanya sikap wanita itu begitu nggak ketebak. Sungguh membuat bingung.

''Jangan masukin ke hati Non, Nyonya memang seperti itu kalau sedang ada masalah. Nyonya tak akan mau di ganggu. Bibi yakin Nyonya tak bermaksud mengabaikan Nona. Mungkin Nyonya butuh waktu sampai benar-benar tenang. Nona tidur, ya, dan jangan khawatir. Besok semua akan baik-baik saja,'' ucap Bi Mina membelai puncak kepala Andyra.

Andyra mengangguk, mengeratkan selimut di tubuh lalu membalas, ''Saya nggak papa, kok, Bi. Bibi jangan khawatir. Tenang aja.''

Andyra melempar senyum, tanda ia nggak perlu dicemaskan. Namun, untuk Bi Mina, ucapan Andyra semakin membuatnya nggak tenang dan puas diri. Lamat, ia memperhatikan puteri majikannya itu dengan seksama, membuat otaknya memutar kilas balik tentang Arum sebelum kecelakaan dan perlakuan keluarganya.

Hingga karena perlakukan itu pula yang perlahan-lahan membentuk karakter mengerikan Arum. Semacam pemberontakan atas ketidak adilan mereka. Tanpa sadar Bi Mina menitikan air mata. Tentu saja, ia yang mengasuh Arum sejak kecil. Mau nggak mau, suka nggak suka ia melihat semuanya dengan amat jelas. Jadi nggak ada alasan untuknya nggak bersedih melihat Arum kembali mendapat perlakuan seperti itu.

Si Penitisan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang