[ Masuk daftar pendek Watty's 2021 ]
''Percayahkah kalian, jika kukatakan bahwa kematian adalah jawaban yang diberikan oleh Tuhan sebagai tahapan yang pasti dialami semua makhluk hidup. Jika iya, berarti selamat, karena kalian sudah menyadari jika k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—Cahaya berpikir kalau dialah yang paling cepat dari apa pun, tapi itu salah. Enggak peduli seberapa cepat perjalanan cahaya, kegelapan selalu lebih unggul.
Sebelum terang muncul, kegelapan akan menghancurkannya. Pada saat itu, selama kebohongan dapat disembunyikan, Manusia akan berlomba untuk menjadi yang pertama melakukannya.
Karena pada dasarnya, Manusia cenderung memilih buta akan kebenaran. Lalu muncul sebuah pertanyaan, jika kegelapan nggak ada sejak awal, munkinkah Manusia nggak perlu repot melakukan itu? Ingat, bergerak lebih cepat, bukan berarti yang terdepan.—
----
Esok hari, 2 Maret 2020 pukul 23:00.
Layaknya kunang-kunang, lampu lorong sekolah berkedap-kedip menambah kesan horor tempat itu. Ayuna yang berjalan pelan nggak pernah berhenti berdoa agar nggak tertangkap si satpam sekolah karena masuk tanpa izin di jam sebelas malam. Walau masih syok, tetapi ia nggak punya pilihan selain sembunyi-sembunyi. Ayuna menengok ke kanan dan kiri, menyaksikan kegelapan sungguh menguasai bumi. Suara jangkrik dan hewan kecil menambah kesan kesuraman nan mencekam. Ayuna mengendap-endap menuju gudang belakang sekolah.
Dari kejauhan, ia mendengar samar langkah orang lain. Suara seperti berasal dari sepasang sepatu bersol kasar dan pemakainya seperti kesusahan untuk melangkah. Ayuna menunduk, ia mematikan senter sambil menahan napas, barang kali si pemilik sepatu adalah pak satpam sekolah. Jika sampai ia ketahuan, maka tamatlah sudah. Baginya bertemu hantu lebih baik daripada manusia. Masih di posisi, ia bergerak menuju ke tujuan.
Ayuna menghela napas ketika sampai di gudang itu. Di sana, Maya berdiri sambil tersenyum menyambut kedatangan Ayuna.
''Kamu datang juga. Kupikir kamu akan menghindar lagi dan nggak jadi ke sini.''
Walau masih nggak senang, Ayuna pun membalas ucapan hantu itu setengah berbisik.
''Bagaimana pun aku sudah berjanji dan ingin mengkonfirmasi mengenai siapa pembunuh aslimu.''
''Kamu sudah mendapat gambaran?''
Ayuna menganguk. "Pelakunya Faizal 'kan? Ayah dari Alenta? Aku juga melihat Pak Gandi di sana. Setelah membunuhmu, mereka berdua kabur begitu saja. Benar-benar keji.''
Maya terdiam. Ayuna melanjutkan, ''walau aku nggak yakin, tapi hanya mereka berdua yang ada di lokasi saat kamu ditikam. Jika bukan Faizal, pasti Gandi. Pantas saja mereka berdua melarangku dan juga Sania melaporkan kasus perudungan yang menimpa Melani.''
''Kalau kamu ingin tahu yang sebenarnya, tolong panggil aku.''
''Memanggilmu? Maksudnya?''
''Panggil aku. Hanya itu satu-satunya cara yang bisa membantu kamu. Aku selama ini terkurung di sekolah. Aku nggak bisa ke luar sebelum ada orang yang memanggilku. Walau caraku salah, tapi akhirnya kamu bersedia untuk membantu. Selama ini nggak ada orang yang bisa melihat apalagi mendengarku, jadi ketika kamu datang, aku sangat senang.''