—Seperti jaring Laba-Laba tipis yang memikat orang untuk memanjat dan menjelajah, keserakahan mereka membuatnya nggak tahu kalau pada waktu bersamaan ada sesuatu yang menanti mereka di sisi lain.—
----
Sepasang sepatu Keds berwarna putih itu baru saja menapak trotoar. Sosok yang sangat mengagumi pelukis paling terkenal di dunia, Pablo Picasso itu mengangguk pelan kepada sang supir setelah menyelempang tasnya di bahu kiri.
Sesaat, gadis berseragam SMA JIAS dibalik hoodie abu-abu itu meletakkan earphone di leher, nggak lupa juga satu buah buku komik detektif yang belum tertamatkan ia pegang di tangan kanan.
Karena sudah cantik sejak lahir, maka nggak butuh terlalu banyak aksesoris untuk mempercantik gaya rambutnya yang tergerai panjang sampai punggung, ia hanya mengenakan bando hitam berpita saja agar si rambut nggak terlalu kosong melopong. Sebenarnya ini ide gila Sania yang menyuruh Ayuna mengenakan bando tersebut, katanya Ayuna lebih cantik jika tampil berbeda daripada polos dengan style itu-itu saja.
Memang Sania lebih berbahaya dari apapun di dunia ini. Jika kalian bertemu gadis itu, menghindar adalah pilihan tepat.
Wajah mungil oval Ayuna nggak tersentuh banyak riasan, hanya pelembab bibir saja agar nggak kering-kering amat. Selebihnya sangat sederhana. Ayuna memang nggak menyukai hal-hal mencolok, ia lebih suka tampilan simple dan nyaman digunakan. Nggak seperti kebanyakan remaja yang wajahnya di penuhi dempul yang tebalnya bukan main.
''Na'!'' Seseorang berteriak. ''Tungguin napa? Aku yang nungguin dari tadi kok malah ditinggal.'' Btw, kok lama sih?''
Gadis itu menoleh ke arah sumber suara. Itu Sania yang berjalan menghampirinya. ''Btw, kok lama sih?''
Nggak seperti dulu, Ayuna sudah mulai terlihat lebih sering tersenyum walau senyumannya lebih mirip seringaian mengerikan. Wajahnya nggak terlalu muram dan menakutkan, serta ia juga sudah mulai terbuka dengan semua orang walau kadang-kadang harus di paksa Sania.
''Tadi macet, jadinya agak lama.''
''Oh, ya, kamu udah tahu kalau Arum bakal masuk hari ini? Aku masih nggak bisa bayangin gimana perasaan Melani nanti.''
Sania langsung begelandotan di tangan Ayuna dan hal itu membuat dia menghela napas sejenak sebelum melihat Maya yang sudah berdiri di depan menunggunya. Ia sudah berjanji untuk membantu hantu itu, karena berkat Maya, Ayuna bisa mengingat kembali kesalahannya dan berusaha memperbaiki. Setidaknya terlambat lebih baik daripada enggak sama sekali, dan itu adalah prinsip baru Ayuna. Lalu, penyebutan kata Arum membuat tengkuk Ayuna menegang.
———————————————————————
Dua bulan lalu, 28 Februari pukul 24:00 beberapa saat sebelum Arum kecelakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Penitisan!
Fantasy[ Masuk daftar pendek Watty's 2021 ] ''Percayahkah kalian, jika kukatakan bahwa kematian adalah jawaban yang diberikan oleh Tuhan sebagai tahapan yang pasti dialami semua makhluk hidup. Jika iya, berarti selamat, karena kalian sudah menyadari jika k...